Langsung ke konten utama

Makalah Perkembangan Peserta Didik Tugas Perkembangan Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Karir, Kehidupan Berkeleuarga dan Penyesuaian Diri Remaja



KATA PENGANTAR


        Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur atas Kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah perkembangan peserta didik tentang “Tugas Perkembangan Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Karier,Kehidupan Berkeluarga dan Penyesuaian Diri Remaja”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
          Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih ada  kekurangan  baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasa. Oleh karena itu, saran dan kritik dari teman-teman dan dosen sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki makalah kami kedepannya.
Kami harap makalah perkembangan perserta didik tentang “Tugas Perkembangan Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Karier,Kehidupan Berkeluarga dan Penyesuaian Diri Remaja” dapat memberikan manfaat bagi pembaca baik untuk menambah pengetahuan maupun sebagai referensi. Demikian makalah ini kami buat , kami ucapkan terima kasih.

Lubuklinggau, 09 Februari 2018












DAFTAR ISI








                                                                                                                                     

BAB I

 PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

 Dalam rentang kehidupannya, manusia melewati tahap-tahap perkembangan dimana setiap tahap memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai dan diselesaikan. Sebagian besar dari kita ingin berusaha menguasai dan menyelesaikannya pada waktu yang tepat. Beberapa individu dapat berhasil, sedangkan yang lain kemungkinan tidak berhasil atau telalu cepat dari tahap yang seharusnya. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas dalam lingkungan sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Terdapat beberapa aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik,jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek  yang lainnya. Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuk pribadinya. Namun, tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.

B. Rumusan Masalah

1)  Bagaimana perkembangan kehidupan pribadi sebagai individu ?
2) Bagaimana perkembangan kehidupan pendidikan dan karier ?
3) Apa tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan berkeluarga ?
4) Bagaimana implikasi tugas-tugas perkembangan remaja dalam penyelenggaraan pendidikan?
5) Bagaimana konsep dan proses penyesuaian diri ?
6) Apa permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penyesuaian diri remaja ?
7) Bagaimana implikasi proses penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan ?

C. Tujuan Pembahasan

1) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kehidupan pribadi sebagai individu.
2) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kehidupan pendidikan dan karier.
3) Untuk mengetahui apa tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan berkeluarga.
4) Untuk mengetahui bagaimana implikasi tugas-tugas perkembangan remaja dalam penyelenggaraan pendidikan.
5) Untuk mengetahui bagaimana konsep dan proses penyesuaian diri.
6) Untuk mengetahui apa permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penyesuaian diri remaja.
7) Untuk mengetahui bagaimana implikasi proses penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan.

D. Manfaat  Pembahasan

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat menambah wawasan dan dapat lebih memahami mengenai perkembangan kehidupan pribadi sebagai individu,perkembangan kehidupan pendidikan dan karier,tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan berkeluarga,implikasi tugas-tugas perkembangan remaja dalam penyelenggaraan pendidikan,konsep dan proses penyesuaian diri,permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja, dan implikasi proses penyesuaian diri remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan serta dapat menjadi referensi.













BAB II

PEMBAHASAN



A.  Perkembangan Kehidupan Pribadi sebagai Individu

1.    Pengertian Kehidupan Pribadi dan Karakteristiknya

Pada hakikatnya manusia merupakan pribadi yang utuh dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu manusia menyadari bahwa dalam kehidupannya memiliki kebutuhan yang diperuntukkan bagi kepentingan diri sendiri(kehidupan pribadi). Kehidupan pribadi seseorang individu merupakan kehidupan yang utuh dan lengkap serta memiliki ciri khusus dan unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, serta kemampuan intelektual yang terpadu secara integratif dngan faktor lingkungan kehidupan.
Kekhususan kehidupan pribadi bermakna bahwa segala kebutuhan dirinya memerlukan pemenuhan dan terkait dengan masalah-masalah yang tidak dapat disamakan dengan individu lain. Oleh karena itu, setiap pribadi akan dengan sendirinya menampakkan ciri yang khas yang berbeda dengan pribadi yang lain. Di samping itu dalam kehidupan ini diperlukan keserasian antara kebutuhan fisik dan nonfisiknya. Kebutuhan fisik setiap orang perlu pemenuhan sedangkan dengan aspek sosio-psikologis setiap pribadi membutuhkan kemampuan untuk menguasai sikap dan emosinya serta sarana komunikasi untuk bersosialisasi. Dengan demikian, masalah kehidupan pribadi merupakan bentuk integrasi antar faktor fisik, sosial budaya, dan faktor psikologis. Di samping itu, seorang individu juga membutuhkan pengakuan dari pihak lain tentang harga dirinya, baik dari keluarganya sendiri maupun dari luar keluarganya.

2.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi
Seorang individu, pertama tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga (informal education). Sesuai dengan tugas keluarga dalam melaksanakan misinya sebagai penyelenggara pendidikan yang bertanggung jawab, mengutamakan pembentukan pribadi anak. Dengan demikian, faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya. Namun tak hanya itu, pertumbuhan dan perkembangan seorang individu ditentukan pula oleh faktor keturunan dan lingkungan. Menurut aliran Nativisme, seorang individu akan menjadi “orang” sebagaimana adanya yang telah ditentukan oleh kemampuan dan sifatnya yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan aliran Empirisme mengatakan sebaliknya, seorang individu diibaratkan sebagai kertas yang masih putih bersih. Ia akan menjadi “manusia” seperti yang dikehendaki oleh lingkungan.
Kedua aliran tersebut menggambarkan bahwa faktor bakat dan pengaruh lingkungan sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadinya. Pengaruh-pengaruh itu akan terpadu bersama-sama saling memberi andil “menjadikan manusia sebagai manusia”. Aliran yang mengakui bahwa kedua aliran itu secara terpadu memberikan pengaruh terhadap kehidupan seseorang adalah aliran Konvergensi. Proses pendidikan Indonesia menganut aliran ini, seperti dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
3.    Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pribadi
Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang amatlah kompleks dan heterogen. Baik lingkungan alami maupun lingkungan yang diciptakan untuk maksud pembentukan pribadi anak-anak dan remaja, masing-masing memiliki ciri yang berbeda-beda. Oleh karena itu, secara singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda pula sesuai dengan lingkungan di mana mereka dibesarkan. Dua orang anak yang dibesarkan di dalam satu keluarga akan menunjukkan sifat pribadi yang berbeda, karena hal itu ditentukan oleh sebagaimana mereka masing-masing berinteraksi dan mengintegrasikan dirinya dengan lingkungannya.
4.    Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah Laku
Kehidupan merupakan rangkaian yang berkesinambungan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kedaan kehidupan sekarang dipengaruhi oleh keadaan sebelumnya, dan keadaan yang akan datang banyak ditentukan oleh keadaan kehidupan saat ini. Dengan demikian, tingkah laku seseorang juga dipengaruhi oleh hasil proses perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat sekarang.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika sejak awal perkembangan kehidupan pribadi terbentuk secara terpadu dan harmonis, maka dapat diharapkan tingkah laku yang merupakan pengejawantahan berbagai aspek pribadi itu akan baik. Kehidupan pribadi yang mantap yaitu mampu menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dengan pengendalian emosi secara matang, tertib, disiplin, dan penuh tanggung jawab.
5.    Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
Kehidupan pribadi yang merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan, perlu dipersiapkan dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan pembiasaan dalam hal :
a.    Hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara baik. Pengenalan dan pemahaman nilai dan moral yang berlaku di dalam kehidupan perlu ditanamkan secara benar.
b.    Mengerjakan tugas dan pekerjaan prakis sehari-hari secara mandiri dengan penuh tanggung jawab.
c.    Hidup bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan sesama, terutama dengan teman sebaya. Menunjukkan gaya dan pola kehidupan yang baik sesuai dengan kultur yang baik dan dianut oleh masyarakat.
d.   Cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi. Menunjukkan dan melatih cara merespon berbagai masalah yang dihadapi.
e.    Mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.
f.     Melakukan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga

Di dalam keluarga, perlu dikembangkan sikap menghargai orang lain dan keteladanan. Di samping itu, perlu diciptakan suasana keteladanan oleh pihak-pihak yang berwewenang, seperti orang tua di dalam keluarga, guru di sekolah, dan tokoh masyarakat dalam kehidupan sosial. Dalam suasana ini yang perlu ditonjolkan antara lain adalah sifat sportif dan kejujuran, berjuang keras dengan berpegang pada prinsip yang dapat dipercaya.

B.  Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier

1.    Pengertian Kehidupan Pendidikan dan Karier
Pada hakikatnya manusia selalu ingin tahu, dengan demikian ia selalu berupaya mengejar pengetahuan hingga ia terus belajar dan mencari tahu banyak hal. Banyak bangsa yang mengikuti prinsip pendidikan(belajar) seumur hidup, yang artinya adalah manusia itu senantiasa terus belajar sepanjang hayatnya.Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik di dalam jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
Berkaitan dengan perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang dimaksud baik yang dialami oleh remaja sebagai pesert didik di dalam lingkungan keluarga,sekolah, maupun kehidupan bermasyarakat. Sedangkan kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang dalam dunia kerja. Menurut Garisson (1956) bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat jutaan pemuda dan pemudi memasuki dunia kerja. Peristiwa seorang remaja masuk ke dunia kerja merupakan awal pengalamannya dalam kehidupan berkarier dengan kehidupan remaja dalam pendidikan sebagai awal kehidupan kariernya. Hal tersebut akan mengalami pasang surut yang akan menjadi pengalaman berharga bagi remaja itu sendiri.
2.    Karakteristik Kehidupan Pendidikan dan Karier
 Pada usia remaja, telah mulai jelas minatnya terhadap jenis pekerjaan tertentu. Untuk itu, secara sadar remaja telah mengetahui pula bahwa untuk mencapai jenis pekerjaan yang diidamkan tersebut memerlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu yang harus dimiliki. Oleh karena itu, pendidikan merupakan pondasi dasar atau persiapan bagi remaja untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Di samping pendidikan,para remaja juga memiliki teman sejawat. Dengan demikian, mereka memiliki tiga lingkungan pendidikan yang pola dan karakteristiknya berbeda-beda serta masing-masing memikul tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan.
Ketiga lingkungan pendidikan itu ialah keluarga,sekolah, dan masyarakat. Hal itu tertuang dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan demikian, setip remaja berada pada posisi pendidikan yang majemuk, ia berada di lingkungan kehidupan pendidikan keluarga,kehidupan pendidikan masyarakat, dan kehidupan pendidikan sekolah yang diikutinya. Masing-masing lingkungan kehidupan pendidikan tidak selalu sama dasar dan tujuannya. Oleh karena itu, remaja seperti “ditantang” untuk mampu mengatasi problema keanekaragaman tersebut dan mampu menempatkan dirinya dengan tepat dan harmonis.
a.    Lingkungan Pendidikan Keluarga
 Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing-masing, sekalipun secara nasional bagi keluarga-keluarga bangsa Indonesiamemiliki dasar yang sama, yaitu Pancasila.Anak dan remaja di dalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik dan orang tua sebagai pendidiknya. Banyak pola penyelenggaraan pendidikan keluarga, yang secara garis besar dapat dikelompokkan mnjadi tiga kelompok pola pendidikan, yaitu pendidikan otoriter, pendidikan demokratis, dan pendidikan liberal.
Dalam pendidikan yang otoriter, anak-anak senantiasa hrus mengikuti apa yang telah digariskan oleh orng tuanya, sedangkan pada pendidikan liberal,anak-anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan cita-citanya. Namun, kebanyakan keluarga di Indonesia mengikuti pendidikan yang berpola demokratis. Makna pendidikan demokratis menurut Ki Hadjar Dewantara ialah penyelenggaraan pendidikan itu hendaknya ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,yang artinya di depan memberi contoh,, di tengah membimbing, di belakang memberi semangat.

b.    Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan alami kedua yang dikenal anak-anak. Kondisi masyarakat amat beragam, tentu banyak hal yang harus diperhatikan dan diikuti oleh anggota masyarakat, dan dengan demikian para remaja perlu memahami hal itu. Perbedaan pandangan antara orang tua dan remaja terkadang menyebabkan norma dan perilaku remaja dianggap tidak sesuai dengan norma masyarakat yang berlaku. Hal ini tentu berdampak pada pembentukan pribadi remaja. Perbedaan ini pula dapat mendorong terbentuknya kelompok-kelompok remaja yang memiliki sudut pandang yang sama.
Dalam menjalankan fungsi pendidikan, masyarakat banyak membentuk/mendirikan kelompok-kelompok atau paguyuban-paguyuban atau kursus-kursus yang berorientasi pada dunia kerja dan secara sengaja disediakan untuk anak remaja dalam upaya mempersiapkan hidupnya di kemudian hari.Namun, hal tersebut kurang diminati oleh remaja.

c.    Sekolah
 Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Bagi remaja, sekolah dipandang cukup berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib mereka di kemudian hari. Mereka menyadari  jika prestasi atau hasil yang dicapai di sekolah itu baik, hal itu akan membuka kemungkinan hidupnya mennjadi cerah begitupun sebaliknya.Kegagalan sekolah dipandang sebagai awal kegagalan hidupnya. Dengan demikian, sekolah dipandangbanyak mempengaruhi kehidupannya. Oleh karena itu, remaja telah memikirkan benar-benar dalam memilih dan mendapatkan sekolah yang diperkirakan mampu memberikan peluang baik baginya di kemudian hari.
Pandangan ini didasari oleh berbagai faktor, seperti faktor ekonomi, faktor sosial dan harga diri(status dalam masyarakat). Namun,kebanyakan orang tua terlalu ikut campur untuk menentukan sekolah bagi anaknya, hal itu sering membawa akibat kegagalan dalam pendidikan sekolah, karena anak terpaksa mengikuti pelajaran yang tidak sesuai dengan pilihannya.Untuk menetapkan pilihan jenis pendidikan dan pekerjaan yang diidamkan banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor prediksi masa depan, faktor prestasi yang menggambarkan bakat dan minat, faktor kehidupan yang dapat diamati dari kondisi beragamnya lapangan kerja di masyarakat, dan kemampuan daya saing setiap individu.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
a. Faktor Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi keluarga banyak menentukan perkembangan kehidupan pendidikan dan karier anak. Kondisi sosial yang menggambarkan status orang tua merupakan faktor yang “dilihat” oleh anak untuk menentukan pilihan sekolah dan pekerjaan. Secara tidak langsung keberhasilan orang tuanya merupakan”beban” bagi anak,sehingga dalam menetukan pilihan pendidikan tersirat untuk ikut mempertahankan kedudukan orang tuanya. Di samping itu, secara eksplisit orang tua menyampaikan harapan hidup anaknya yang tercermin pada dorongan untuk memilih jenis sekolah atau pendidikan yang diidamkan oleh orang tua. Misalnya, orang tuanya menginginkan anaknya menjadi dokter.
Faktor ekonomi mencakup kemampuan ekonomi orang tua dan kondisi ekonomi negara(masyarakat). Yang pertama merupakan kondisi utama, karena menyangkut kemampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya.Banyak anak berkemampuan intelektual tinggi tidak dapat menikmati pendidikan yang baik, disebabkan oleh keterbatasan kemampuan ekonomi orang tuanya.
b. Faktor Lingkungan
  Dalam hal ini, lingkungan yang dimaksud meliputi tiga macam. Pertama, lingkungan kehidupan masyarakat, seperti lingkungan masyarakat perindustrian, pertanian, atau lingkungan perdagangan. Dikenal pula lingkungan masyarakat akademik atau lingkungan yang masyarakatnya terpelajar. Lingkungan kehidupan semacam itu akan membentuk sikap anak dalam menentukan pola kehidupan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pemikirannya dalam menentukan jenis pendidikan dan karier yang diidamkan. Kedua, lingkungan kehidupan rumah tangga, kondisi sekolah merupakan lingkungan yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan pendidikan dan cita-cita remaja. Lembaga pendidikan atau sekolah yang baik mutunya, yang memelihara kedisiplinan cukup tinggi, akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku kehidupan pendidikan anak dan pola pikirannya dalam menghadapi karier.Ketiga, lingkungan kehidupan teman sebaya. Bahwa pergaulan teman sebaya akan memberikan pengaruh langsung terhadap kehidupan pendidikan masing-masing remaja. Lingkungan teman sebaya akan memberikan peluang bagi remaja untuk menjadi lebih matang.
4.    Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier terhadap Tingkah Laku dan Sikap
Pada pendidikan dasar yang kurikulumnya masih sangat umum, sekolah tersebut menyediakan pelajaran dasar yang belum bermakna sebagai pembekalan anak-anak untuk siap bekerja dan belum terarah kepemberian keterampilan tertentu untuk terjun ke dunia kerja di dalam masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan pandangan yang bermacam-macam bagi para remaja ataupun orang tua, terutama bagi keluarga yang kurang mampu. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa sekolah itu kurang bermanfaat bagi kehidupan.Hal ini akan sangat mempengaruhi sikap mereka terhadap sekolah tersebut.Sikap remaja terhadap pendidikan sekolah banyak diwarnai oleh karakteristik guru yang mengajarnya. Guru yang “baik” di mata para siswa tidak hanya bergantung kepada keadaan guru itu sendiri, melainkan tergantung pada banyak faktor. Guru yang baik adalah guru yang akrab dengan siswanya dan menolong siswanya dalam pelajaran.
5.    Perbedaan Individu dalam Perkembangan dan Karier
Pencapaian tingkat pendidikan dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan atau IQ. Dalam kenyataannya IQ setiap individu berbea-beda, maka hal itu akan berpengaruh terhadap pola kehidupannya di dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, kehidupan pendidikan akan sangat bervariasi atau berbeda-beda seiring dengan perbedaan kemampuan berpikir atau IQ. Berhubung kehidupan pendidikan merupakan bagian awal dari kehidupan karier, maka dengan perbedaan kehidupan pendidikan tersebut konsekuensinya akan membawa perbedaan individual di dalam kehidupan kariernya.

6.    Upaya Pengembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
Dengan ketiga kondisi lingkungan yang berbeda-beda dapat menyebabkan peserta didik mengalami kebingungan hingga pertentangan atau perbedaan norma antara masing-masing lingkungan amat besar kemungkinannya akan terjadi. Untuk itu, hubungan antara ketiga pelaksana pendidikan itu satu sama lain harus mengadakan pendekatan untuk mencapai keharmonisan program.Salah satu perbedaan antara orang tua dan anak ialah bahwa pada orang dewasa kegiatan yang dilakukan lebih berorientasi kepada kerja-kerja produktif, sedangkan anak-anak masih diwarnai unsur bermain.Remaja yan usianya berkisar 13-19 tahun di dunia karier relaif masih muda dan berada pada posisi awal. Untuk itu, maka perlu dibedakan karier remaja awal, yang karena kondisinya pada usia 13-16 tahun harus masuk ke dunia kerja.Mereka masih banyak menghadapi masalah baik masalah fisik maupun psikologis.
Proses pemilihan kerja sebenarnya telah berlangsung sejak dini, di saat anak itu menetapkan pilihan sekolah. Para remaja telah berkemampuan untuk menarik keputusan, sekalipun dasar pertimbangan yang digunakan belum cukup luas, terutama yang berkaitan dengan pandangan masa depan yang belum mantap.Oleh karenanya, mereka masih memerlukan arahan atau bimbingan orang tua atau pembimbing.Banyak faktor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan pilihan pekerjaan.

a.    Perkembangan Karier Remaja
Pendidikan dalam arti sempit merupakan persiapan menuju suatu karier, sedangkan dalam arti luas pendidikan merupakan bagian dari proses perkembangan karier remaja. Remaja, yang dilihat dari usia yang mencakup 12-21 tahun, menurut Ginzberg(Alexander,dkk., 1980) perkembangan kariernya telah sampa pada periode pilihan tentatif dan sebagian berada pada peroide pilihan realistis, sedangkan menurut Super(Alexander,dkk., 1980) perkembangan karier remaja itu berada pada tahap eksplorasi, terutama subtahap tentatif dan sebagian dari subtahap transisi.
Perkembangan karier remaja menurut Ginzberg ada pada periode pilihan tentatif (11-17 tahun) itu ditandai oleh meluasnya pengenalan anak terhadap berbagai masalah dalam memutuskan pekerjaan apa yang akan dikerjakannya di mas mendatang. Periode tentatif ini meliputi 4(empat) tahapan, yaitu :

1.    Tahap Minat (umur 11-12 tahun)
Pada tahap ini, remaja sudah mulai mempunyai rencana dan kemungkinan pilihan karier yang didasarkan pada minat. Anak belajar tentang apa yang ia suka lakukan dan anak melakukan pilihan-pilihan secara tentatif atas dasar faktor-faktor subjektif, belum didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan objektif.
2.    Tahap Kapastitas (umur 12-14 tahun)
Pada tahap ini, remaja mulai menggunakan keterampilan dan kemampuan pribadinya sebagai pertimbangan dalam melakukan pilihan dan rencana-rencana karier. Remaja mulai menilai kemampuannya berperanan baik dalam bidang-bidang pendidikan dan pekerjaan yang diminati.
3.    Tahap Nilai (umur 15-16 tahun)
Pada tahap ini, remaja telah menganggap penting peranan nilai-nilai pribadi dalam proses pilihan karier. Anak mulai melihat apa yang sesungguhnya penting bagi dirinya, tahu perbedaan konsepsi tentang berbagai gaya hidup yang disiapkan oleh pekerjaan, kesadaran tentang pentingnya waktu mulai berkembang dan menjadi lebih sensitif terhadap perlunya pekerjaan.
4.    Tahap Transisi (umur 17-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja mulai bergerak dari pertimbangan-pertimbangan realistis yang masih berada di pinggir kesadaran ke dalam posisi yang lebih sentral. Pda tahap ini juga,anak mulai menghadapi perlunya membuat keputusan dengan segera,konkret, dan realistis tentang pekerjaan yang akan datang atau pendidikan yang mempersiapakannya ke suatu pekerjaan tertentu nanti. Anak makin bebas bertindak sehingga memungkinkan ia melakukan uji coba keterampilan dan bakat-bakatnya.
Dalam periode pilihan realistis (17-18 tahun dan yang lebih tua), remaja telah sampai pada tahap eksplorasi, yaitu mencari berbagai ltnatif pekerjaan yang cocok, dan tahap kristalisasi yaitu melakukan pilihan karier. Tetapi tahap spesifikasi yang merupakan tugas perkembangan akhir dalam pilihan karier seseorang, dimana seseorang telah memiliki suatu pekerjaan yang relatif tetap berusaha untuk memilih tugas-tugas tertentu atau posisi-posisi spesifik, tentunya belum merupakan bagian dari perkembangan karier remaja
b. Masalah yang Dihadapi
Dalam proses perkembangan karir itu remaja sering mengalami berbagai masalah dan hambatan. Masalah dan hambatan-hambatan itu dapat berasal dari dalam dirinya sendiri, dari luar dirinya atau lingkungannya ataupun kedua-duanya. Oleh karena itu, untuk menghadapi remaja yang mengalami masalah atau kesulitan dalam memilih karier, shertzer (Alexander,dkk.,1980) menyarankan hal-hal berikut:
1) Pelajari dirimu sendiri, karena kesadaran diri tentang bakat, kemampuan, dan ciri-ciri                   pribadi yang dia miliki merupakan kunci dari ketetapan perencanaan karir.
2) Dibidang apa kamu merasa paling sreg (confortable).
3) Tulislah  rencana dan cita-citamu secara formal.
4) Biasakan dirimu dengan tuntutan pekerjaan tertentu yang kamu minati.
5) Tinjau dan bicarakan lagi rencana kariermu itu dengan orang lain.
6) Jika ternyata pilihan kariermu tidak cocok, hentikan.

 

C. Tugas Perkembangan Remaja Berkenaan dengan Kehidupan Berkeluarga


1.  Pengertian Kehidupan Berkeluarga
Berkenaan dengan upaya untuk menetapkan pilihan pasangan hidup, perkembangan sosial psikologis remaja ditandai dengan upaya menarik lawan jenis dengan berbagai cara yang ditunjukkan dalam bentuk prilaku. Remaja laki-laki berupaya untuk mencapai posisi prestasi akademik dan atletik (bidang olah raga) yang baik, sebab kedua hal itu merupakan gejala yang dinilai sebagai pertanda unggul dan menunjukkan kehebatan diantara semua laki-laki. Sebaliknya bagi remaja remaja wanita berupaya untuk menjadi seorang wanita yang baik.
2.  Timbulnya Cinta dan Jatuh Cinta
Hampir setiap pemuda (laki-laki atau wanita) mempunyai dua tuuan utama, pertama menemukan jenis pekerjaan yang sesuai dan, kedua menikah dan membangun sebuah rumah tangga (keluarga). Hal ini tidak selalu harus muncul dalam aturan tertentu, tetapi perlu dicatat bahwa seorang remaja akan mengalami “jatuh cinta” di dalam masa kehidupanya setelah mencapai belasan tahun (Garison, 1956:483).
Para ahli ilmu jiwa sosial sependapat bahwa konsepsi yang menentukan saling tertariknya antara person relavan dengan upaya menciptakan hubungan yang akrab (intim) dan hal itu berlangsung dalam kurun waktu yang relatif panjang. Hal ini ditentukan oleh banyak hal antara lain adalah: penampilan masa kini, antisipasi masa depan, pertimbagan biaya, dan hal yang berkaitan dengan peranan masing-masing pihak dalam mengawali dan menjaga hubungan satu sama lain (Levinger -1980, dalam Worchel dan Cooper, 1983:279).
3. Masyarakat dan Perkawinan
Pemilihan pasangan hidup yang didorong oleh faktor biologis dan berakhir dengan perkawinan, berarti merupakan pertanda terbentuknyainti kekeluargaan atau perluasan dan kelanjutan tentang pemekaran keluarga. Pada kenyataannya, setiap masyarakat memiliki norma yang berkenaan dengan masalah perkawinan.Dengan demikian, perkawinan antara wanita dan pria bukan hanya didorong oleh faktor biologis melainkan diatur oleh berbagai aturan atau norma yang berlaku di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Menurut Eshleman dan Cashion (1983:311), norma perkawinan yang berlaku di setiap masyarakat dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu exogamy dan indogamy. Selain faktor fisik(biologis) dan psikologis,faktor-faktor lain yang dijadikan pertimbangan dalam menetapkan calon pasangan hidup adalah kesamaan-kesamaan dalam hal ras,bangsa,agama, dan status sosial ekonomi.

 

D. Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan


Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor-faktor tersebut. Sekalipun dalam penyelenggaraan pendidikan diakui bahwa tidak mungkin memenuhi tuntutan dan harapan seluruh faktor yang berlaku tersebut.
a. Pendidikan yang berlaku di Indonesia,baik penyelenggaraan pendidikan di dalam sekolah maupun di luar sekolah,pada umumny diselenggarakan dalam bentuk klasikal.
b. Beberapa usaha yang perlu dilakukan penyelenggaraan pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap cita-cita kehidupannya antara lain, yaitu:
1) Bimbingan karier dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis  pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
2) Memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi kepada kondisi lingkungan.
3) Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal.
c. Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak   ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya.Untuk itu,perlu dikembangkan model keluarga yang ideal.

E. Konsep dan Proses Penyesuaian Diri

Makna akhir dari hasil pendidikan seorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan,kecakapan,minat, dan sikap. Dengan pengalaman, ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang ia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Terdapat banyak pengertian dari penyesuaian, diantaranya yaitu:
1) Penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2) Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
3) Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasikan respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,kesulitan, dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat.
4) Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Dari beberapa pengertian di atas,dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
2. Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya di mana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di mana semua fungsi organisme/individu berjalan normal. Namun, hal itu tak pernah dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia terus menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar.Penyesuaian adalah sebagai suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, dan individu didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.Misalnya, seorang anak yang membutuhkan rasa kasih sayang dari ibunya yang terlalu sibuk dengan tugas-tugas lain. Anak akan frustasi dan berusaha mencari pemecahan untuk mereduksi ketegangan/kebutuhan yang belum terpenuhi. Dia mungkin mencari kasih sayang di mana-mana,mengisap jarinya atau makan secara berlebihan, sebagai respon pengganti bila kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar.Dalam beberapa hal, respon pengganti tidak tersedia, sehingga individu mencari suatu respon lain yang akan memuaskan motivasi dan mereduksi ketegangan.


3. Karakteristik Penyesuaian Diri
Setiap individu pasti mengalami rintangan-rintangan dalam penyesuaian diri. Dengan adanya rintangan tersebut maka setiap individu harus cerdas dalam menyesuaikan diri. Namun, banyak individu yang dapat menyesuaikan diri dengan positiftapi ada pula individu yang melakukan penyesuaikan diri yang salah.
a. Penyesuaian Diri Secara Positif
Individu yang dapat menyesuaikan diri secara positif dapat dilihat dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional.
2) Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
3)  Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
4) Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
5) Mampu dalam belajar.
6) Menghargai pengalaman.
7) Bersikap realistik dan objektif.
Dalam menyesuaikan diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain :
1) Penysuaian diri dengan menghadapi masalah secara langsung.
2) Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi.
3) Penyesuaian dengan trial and eror ( coba-coba).
4) Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
5) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
6) Penyesuaian dengan belajar.
7) Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
8) Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.

b. Penyesuaian Diri yang Salah
Gagalnya seorang individu dalam menyesuaikan diri secara positif, dapat mengakibatkan ia melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah,emosional, sikap yang tidak realistik,agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah, yaitu :
1) Reaksi Bertahan (Defence Reaction)
Pada bentuk ini, individu berusaha mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
-       Rasionalitas,yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya.
-       Represi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar. Ia berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan.
-       Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima.
-       Sour Grapes, yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan.
2) Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction)
Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku, seperti selalu membenarkan diri,mau berkuasa dalam setiap situasi,mau memiliki segalanya,bersikap balas dendam,marah secara sadis,keras kepala dalam perbuatannya, menunjukkan sikap menyerang dan merusak, menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka,dan sebagainya.
3) Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction)
Dalam reaksi ini, individu yang melakukan penyesuaian diri dengan salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku seperti banyak tidur,minum-minuman keras,narkotika, dan lain-lain.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Kepribadian berfungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri, dalam hal ini penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses penyesuaian. Secara sekunder,proses penyesuaian ditentukan oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal maupun eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Kondisi-kondisi fisik (kelenjar,sistem otot,kesehatan,penyakit,susunan saraf,dan lainnya)
2) Perkembangan dan kematangan (kematangan intelektual,sosial,moral,dan emosional)
3) Penentu psikologis (pengalaman,belajarnya,frustasi,penentuan diri, dan konflik)
4) Kondisi lingkungan (khususnya keluarga dan sekolah)
5) Penentu kultural ( budaya,adat,agama dan sebagainya)
Pemahaman tentang faktor-faktor ini dan bagaimana fungsinya dalam penyesuian merupakan syarat untuk memahami proses penyesuaian, karena penyesuaian tumbuh dari hubungan-hubungan antara faktor-faktor ini dan tuntutan individu.

Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan struktur/konstitusi fisik temperamen sebagai disposisi yang diwariskan,aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan tubuh. Menurut Shekdon (Moh.Surya,1977) terdapat korelasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen. Dengan demikian, kondisi sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syara bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti, gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
Perkembangan, Kematangan, dan Penyesuaian Diri
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Sesuai dengan hukum pengembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual. Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya.Kondisi-kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional,moral,sosial,keagamaan, dan intlektual.

Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian Diri
Terdapat beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi pnyesuaian diri, seperti :
a) Pengalaman
Pengalaman yang mempunyai arti dalam menyesuaikan diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman traumatik. Pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik, dan sebaliknya pengalaman traumatik akan menimbulkan penyesuaian yang kurang baik.
b) Belajar
Proses belajar akan mengembangkan pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian. Sebagian besar respon-respon dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak diperoleh dari proese belajar. Dalam proses penyesuaian diri, belajar merupakan suatu proses modifikasi tingkah laku sejak fase-fase awal dan berlangsung terus sepanjang hayat dan diperkuat dengan kematangan.
c) Determinasi Diri
Determinasi diri mempunyai peranan penting dalam proses penyesuaian diri karena mempunyai peranan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri.Keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri akan banyak ditentukan oleh kemampuan individu dalam mengarahkan dan mengendalikan dirinya, meskipun sebetulnya situasi dan kondisi tidak menguntungkan bagi penyesuaian dirinya.
d) Konflik dan Penyesuaian
Efek konflik pada perilaku akan tergantung sebagian pada sifat konflik itu sendiri. Beberapa konflik dapat bermanfaat memotivasi ataupun merugikan. Cara seseorang mengatasi konfliknya bervariasi, mislanya dengan meningkatkan usaha ke arah pencapaian tujuan yang menguntungkan secara sosial atau melarikan diri dari konflik tersebut.
Lingkungan sebagai Penentu Penyesuaian Diri
a) Pengaruh Rumah dan Keluarga
Faktor rumah dan keluarag ialah faktor yang sangat penting, karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga, lalu dikembangkan dalam masyarakat.
b) Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola hubungan antara orang tua dan anak akan mempengaruhi proses penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuain diri, antara lain :
-       Menerima (acceptance), yaitu situasi hubungan di mana orang tua menerima anaknya dengan baik. Sikap ini menimbulkan rasa aman dan suasana nyaman bagi anak.
-       Menghukum dan disiplin yang berlebihan, dalam pola ini hubungan orang tua dan anak bersifat keras hingga menimbulkan suasana psikologis yang kurang menguntungkan anak.
-       Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan, pola ini dapat menimbulkan rasa canggung,cemburu,rendah diridan perasaan tidak aman,
-       Penolakan, yaitu pola hubungan di maan orang tua menolak kehadiran anaknya.
c) Hubungan Saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan,kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang,mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik. Sebaliknya, suasana permusuhan, perselisihan,iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
d) Masyarakat
Lingkungan tempat individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku yang salah bersumber dari keadaan masyarkat.
e) Sekolah
Sekolah berperan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual,sosial, dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial ataupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian diri.

Kultural dan Agama sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Lingkungan kultural di mana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Sementara itu, agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik,frustasi dan ketegangan lainnya.agama mrupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-p0la tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti tujuan dan kesetabilan hidup umat manusia. Kehidupan yang epektif menuntut adanya tuntunan hidup yang mutlak. Agama memegang peranan penting sebagai penentu dalam proses pensesuaian diri.

F. Permasalahan-Permasalahan Pnyesuaian Diri Remaja

Salah satu persoalan yang di hadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang dapat menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua. Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana pisikolagi dan sosial dalam kerluarga pemasalahan penyesuaiandiri yang di hadapi remaja dapat berasal dari suasana pisikolagis keluarga seperti keretakan keluarga misalnya perbedaan perlakuan antara anak laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan mereka, sehingga memungkinkan timbul nya rasa iri hati dalam jiwa anak perempuan terhadap saudarah laki-laki. Keadaan iniakan menghambat proses penyesuaian diri anak perempuan.
Contoh berikutnya ialah sering pindah tempat tinggal, karena remaja yang keluarganya sering pindah maka ia terpaksa pindah dari sekolah ke sekolah yang lain dan ia mengalami kesukaraan akademis bahkan ada kemungkinan ia sangat tertinggal dalam pelajaran, karena guru berbeda-beda dalam cara mendidik, demikian pula mungkin buku-buku pokok yang digunakan tidak sama. Di samping itu, masalah teman remaja akan menjadi permasalahan berikutnya, karena perpindahan ke tempat atau masyarakat baru, berarti kehilangan teman lama dan terpaksa mencari teman baru. Banyak remaja mengalami kesulitan dalam mencari atau membentuk persahabatan dan hubungan sosial yang baru. Di sini remaja dituntut untuk dapat lebih mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat yang baru, sehingga ia menjadi bagian dari masyarakat yang baru itu. Contoh yang lain ialah remaja yang terlalu di kekang orang tuanya dalam memilih sekolah dan penyesuaian diri  remaja yang berkaitan dengan kebiasaan belajar yang baik.

G. Implikasi Proses Penyesuaian Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Lingkungan sekolah selain mengembangkan fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi normal). Dalam kaitannya dengan pendidikan, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah. Oleh karena itu, di setiap sekolah terdapat wali kelas yang akan membantu peserta didik jika ia menghadapi kesulitan dalam pelajaran dan masalah pribadi serta masalah penyesuaian diri peserta didik.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khususnya di kalangan sekolah, yaitu :
1) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi anak didik baik secara sosial, fisik maupun akademis.
2) Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
3) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
4) Ruangan kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
5) Peraturan atau tata tertib dipahami oleh peserta didik.
6) Teladan dari pendidik dalam segala segi pendidikan.
7) Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua peserta diidk dan masyarakat.
Karena di sekolah guru merupakn figur pendidik yang penting dan besar pengaruhnya terhadap penyesuaian siswa-siswanya, maka dituntut sifat-sifat guru yang efektif. Menurut Ryans (Garisson,1956), sifat-sifat guru yang efektif yakni sebagai berikut :
1) Memberi kesempatan, tampak antusias dan berminat dalam ativitas siswa dan kelas.
2) Ramah dan optimis.
3) Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau, dan teratur tindakannya.
4) Senang kelakar, mempunyai rasa humor.
5) Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri.
6) Jujur dan objektif dalam memperlakukan siswa.
7) Menunjukkan pengertian dan rasa simpati dalm bekerja dengan siswa-siswanya.
Jika pendidik dan seluruh staf di sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka anak-anak didik di sekolah akan berkurang kemungkinannya untuk mengalami permasalahan-permasalahan penyesuaian diri atau terlibat dalam masalah yang bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.

BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan


Kebutuhan seseorang individu muncul karena pertumbuhan dan perkembangan psiko fisisnya. Dorongan (motif) merupakan faktor utama munculnya kebutuhan dan dorongan tersebut secara alami (asli) maupun karena proses belajan akan mendorong seseorang individu untuk bertingkah laku memenuhi kebutuhan nya. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, seorang remaja banyak menghadapi masalah, antara lain adalah kondisi yang amat berbeda antara masa anak-anak dan masa remaja/dewasa, norma yang amat berbeda kerena pengaruh perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnolagi serta pendidikan, kesulitan dalam menilai kemampuan dirinya dibandingkan dengan permasalahan yang dihadapi, dan kesulitan dalam penyesuaian diri dengan berbagai kondisi masyarakat yang amat kompleks.
Menjalani perkembangan bagi remaja adalah melaksanakan tugas-tugas, yaitu mempersiapkan dirinya untuk dapat diterima sebagai individu yang mampu berdiri sendiri di dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat. Tugas-tugas itu meliputi tugas kehidupan pribadi, tugas dalam kehidupan sosial, dan tugas dalam kehidupan keluarga. Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut laki-laki berbeda dengan wanita, baik mengenai tugas dalam perkembangan fisik maupun dalam perkembangan psikofisis. Hampir setiap pemuda (laki-laki dan wanita) mempunyai dua tujuan utama, yaitu menemukan jenis pekerjaan yang sesuai serta menikah dan membangun rumah tangga.
Mengembangkan program pendidikan dan pembinaan karier merupakan langkah yang perlu ditempuh untuk mengatasi berbagai masalah kehidupan pendidikan dan karier. Program tersebut antara lain yaitu bimbingan karier,bimbingan pendidikan dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan,memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi terhadap kondisi lingkungan,dan penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal. Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial kemasyarakatan perlu dilakukan. Dalam hal ini, perlu dilakukan pendidikan praktis melalui organisasi pemuda,pertemuan dengan orang tua secara periodik, dan pemantapan pendidikan agama baik di dalam maupun luar sekolah.
Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi,konformitas,penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan. Proses penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi fisik,tingkatan perkembangan dan kematangan, faktor psikologis,  lingkungan, dan kebudayaan. Terdapat dua karakteristik penyesuaian diri yaitu penyesuaian diri secara positif dan penyesuaian diri yang salah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyesuaian diri yaitu kondisi jasmaniah,lingkungan,kebudayaan,agama, serta perkembangan dan kematangan.
Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan/perkembangan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan kondisi lingkungan keluarga. Permasalahan-permasalahan pnyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Permasalahan lainnya ialah sering pindah tempat tinggal, terlalu dikekangnya anak oleh orang tua dalam memilih sekolah, dan sebagainya.
Lingkungan sekolah mempunyai peran yang penting terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah mengemban fungsi pengajaran serta fungsi pendidikan. Pendidik akan membantu peserta didik jika ia mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Pendidik diharapkan dapat bersikap efektif,seperti bersikap adil,jujur,menyenangkan,antusias, mampu mengontrol diri, humor dan sebagainya sehingga peserta didik akan merasa nyaman dan aman dalam proses pendidikan.

















DAFTAR PUSTAKA


Hartono, Agung dan Sunarto.2008.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: Rineka Cipta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah ke-pgri-an hubungan pgri secara vertikal dan horizontal

BAB I PENDAHULUAN B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas sebagai berikut. 1. Bagaimana kerjasama PGRI secara vertikal ? 2. Bagaimana kerjasama PGRI secara horizontal ? 3. Bagaimana hubungan PGRI dengan pemerintah pusat ? 4. Bagaimana hubungan luar negeri dengan Educational International (EI) ? C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama PGRI secara vertikal . 2. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama PGRI secara horizontal. 3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan PGRI dengan pemerintah pusat. 4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan luar negeri dengan Educational International (EI) D. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup makalah ini hanya membahas mengenai kerjasama PGRI secara vertikal, kerjasama PGRI secara horizontal, hubungan PGRI dengan pemerintah pusat serta membahas mengenai hubungan luar negeri dengan EI (Educational International). E. Man

Makalah Teori Sastra Hakikat Puisi, Struktur Bentuk Puisi,Batasan Puisi, dan Jenis-Jenis Puisi

KATA PENGANTAR         Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur atas Kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah teori sastra tentang “Hakikat Puisi, Struktur Bentuk Puisi, Batasan-Batasan Puisi, Jenis-Jenis Puisi”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.           Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih ada   kekurangan   baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasa. Oleh karena itu, saran dan kritik dari teman-teman dan dosen sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki makalah kami kedepannya. Diharap makalah teori sastra tentang “Hakikat Puisi, Struktur Bentuk Puisi, Batasan-Batasan Puisi, dan Jenis-Jenis Puisi” dapa