Makalah Perkembangan Peserta Didik Tugas Perkembangan Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Karir, Kehidupan Berkeleuarga dan Penyesuaian Diri Remaja
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur atas Kehadirat-Nya
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah perkembangan peserta didik tentang “Tugas
Perkembangan Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Karier,Kehidupan Berkeluarga dan
Penyesuaian Diri Remaja”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan makalah ini,
untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih ada kekurangan
baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasa. Oleh karena itu, saran
dan kritik dari teman-teman dan dosen sangat kami harapkan untuk dapat
memperbaiki makalah kami kedepannya.
Kami
harap makalah perkembangan perserta didik tentang “Tugas Perkembangan Kehidupan
Pribadi, Pendidikan dan Karier,Kehidupan Berkeluarga dan Penyesuaian Diri
Remaja” dapat memberikan manfaat bagi pembaca baik untuk menambah pengetahuan
maupun sebagai referensi. Demikian makalah ini kami buat , kami ucapkan terima
kasih.
Lubuklinggau,
09 Februari 2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rentang
kehidupannya, manusia melewati tahap-tahap perkembangan dimana setiap tahap
memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai dan diselesaikan.
Sebagian besar dari kita ingin berusaha menguasai dan menyelesaikannya pada
waktu yang tepat. Beberapa individu dapat berhasil, sedangkan yang lain
kemungkinan tidak berhasil atau telalu cepat dari tahap yang seharusnya. Individu
adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas dalam lingkungan
sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik
dirinya.
Terdapat
beberapa aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek
organik,jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi
kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Manusia sebagai individu selalu
berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk
menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuk
pribadinya. Namun, tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan
pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana perkembangan kehidupan pribadi
sebagai individu ?
2) Bagaimana
perkembangan kehidupan pendidikan dan karier ?
3) Apa tugas
perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan berkeluarga ?
4)
Bagaimana implikasi tugas-tugas perkembangan remaja dalam penyelenggaraan
pendidikan?
5)
Bagaimana konsep dan proses penyesuaian diri ?
6)
Apa permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penyesuaian diri remaja ?
7)
Bagaimana implikasi proses penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan
pendidikan ?
C. Tujuan Pembahasan
1) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kehidupan
pribadi sebagai individu.
2) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kehidupan
pendidikan dan karier.
3)
Untuk mengetahui apa tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan
berkeluarga.
4)
Untuk mengetahui bagaimana implikasi tugas-tugas perkembangan remaja dalam
penyelenggaraan pendidikan.
5) Untuk mengetahui bagaimana konsep dan proses
penyesuaian diri.
6)
Untuk mengetahui apa permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penyesuaian
diri remaja.
7)
Untuk mengetahui bagaimana implikasi proses penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
D. Manfaat Pembahasan
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah agar
pembaca dapat menambah wawasan dan dapat lebih memahami mengenai perkembangan
kehidupan pribadi sebagai individu,perkembangan kehidupan pendidikan dan karier,tugas
perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan berkeluarga,implikasi
tugas-tugas perkembangan remaja dalam penyelenggaraan pendidikan,konsep dan
proses penyesuaian diri,permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja, dan
implikasi proses penyesuaian diri remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan
serta dapat menjadi referensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Kehidupan Pribadi sebagai Individu
1. Pengertian
Kehidupan Pribadi dan Karakteristiknya
Pada hakikatnya manusia merupakan pribadi yang utuh
dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam
kedudukannya sebagai makhluk individu manusia menyadari bahwa dalam
kehidupannya memiliki kebutuhan yang diperuntukkan bagi kepentingan diri
sendiri(kehidupan pribadi). Kehidupan pribadi seseorang individu merupakan
kehidupan yang utuh dan lengkap serta memiliki ciri khusus dan unik. Kehidupan
pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional,
sosial psikologis dan sosial budaya, serta kemampuan intelektual yang terpadu
secara integratif dngan faktor lingkungan kehidupan.
Kekhususan kehidupan pribadi bermakna bahwa segala
kebutuhan dirinya memerlukan pemenuhan dan terkait dengan masalah-masalah yang
tidak dapat disamakan dengan individu lain. Oleh karena itu, setiap pribadi
akan dengan sendirinya menampakkan ciri yang khas yang berbeda dengan pribadi
yang lain. Di samping itu dalam kehidupan ini diperlukan keserasian antara
kebutuhan fisik dan nonfisiknya. Kebutuhan fisik setiap orang perlu pemenuhan
sedangkan dengan aspek sosio-psikologis setiap pribadi membutuhkan kemampuan
untuk menguasai sikap dan emosinya serta sarana komunikasi untuk
bersosialisasi. Dengan demikian, masalah kehidupan pribadi merupakan bentuk
integrasi antar faktor fisik, sosial budaya, dan faktor psikologis. Di samping
itu, seorang individu juga membutuhkan pengakuan dari pihak lain tentang harga
dirinya, baik dari keluarganya sendiri maupun dari luar keluarganya.
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi
Seorang
individu, pertama tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga (informal education). Sesuai dengan tugas
keluarga dalam melaksanakan misinya sebagai penyelenggara pendidikan yang
bertanggung jawab, mengutamakan pembentukan pribadi anak. Dengan demikian,
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah kehidupan
keluarga beserta berbagai aspeknya. Namun tak hanya itu, pertumbuhan dan
perkembangan seorang individu ditentukan pula oleh faktor keturunan dan
lingkungan. Menurut aliran Nativisme, seorang individu akan menjadi “orang”
sebagaimana adanya yang telah ditentukan oleh kemampuan dan sifatnya yang
dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan aliran Empirisme mengatakan sebaliknya,
seorang individu diibaratkan sebagai kertas yang masih putih bersih. Ia akan
menjadi “manusia” seperti yang dikehendaki oleh lingkungan.
Kedua
aliran tersebut menggambarkan bahwa faktor bakat dan pengaruh lingkungan
sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadinya.
Pengaruh-pengaruh itu akan terpadu bersama-sama saling memberi andil
“menjadikan manusia sebagai manusia”. Aliran yang mengakui bahwa kedua aliran
itu secara terpadu memberikan pengaruh terhadap kehidupan seseorang adalah
aliran Konvergensi. Proses pendidikan Indonesia menganut aliran ini, seperti
dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
3.
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pribadi
Lingkungan
kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang
amatlah kompleks dan heterogen. Baik lingkungan alami maupun lingkungan yang
diciptakan untuk maksud pembentukan pribadi anak-anak dan remaja, masing-masing
memiliki ciri yang berbeda-beda. Oleh karena itu, secara singkat dapat
dikatakan bahwa perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda pula sesuai
dengan lingkungan di mana mereka dibesarkan. Dua orang anak yang dibesarkan di
dalam satu keluarga akan menunjukkan sifat pribadi yang berbeda, karena hal itu
ditentukan oleh sebagaimana mereka masing-masing berinteraksi dan
mengintegrasikan dirinya dengan lingkungannya.
4.
Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah
Laku
Kehidupan
merupakan rangkaian yang berkesinambungan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Kedaan kehidupan sekarang dipengaruhi oleh keadaan sebelumnya,
dan keadaan yang akan datang banyak ditentukan oleh keadaan kehidupan saat ini.
Dengan demikian, tingkah laku seseorang juga dipengaruhi oleh hasil proses
perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan
kejadian-kejadian saat sekarang.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa jika sejak awal perkembangan kehidupan pribadi
terbentuk secara terpadu dan harmonis, maka dapat diharapkan tingkah laku yang
merupakan pengejawantahan berbagai aspek pribadi itu akan baik. Kehidupan
pribadi yang mantap yaitu mampu menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan
dengan pengendalian emosi secara matang, tertib, disiplin, dan penuh tanggung
jawab.
5.
Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
Kehidupan
pribadi yang merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan, perlu
dipersiapkan dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan pembiasaan dalam hal :
a.
Hidup
sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara baik. Pengenalan dan pemahaman
nilai dan moral yang berlaku di dalam kehidupan perlu ditanamkan secara benar.
b.
Mengerjakan
tugas dan pekerjaan prakis sehari-hari secara mandiri dengan penuh tanggung
jawab.
c.
Hidup
bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan sesama, terutama dengan teman
sebaya. Menunjukkan gaya dan pola kehidupan yang baik sesuai dengan kultur yang
baik dan dianut oleh masyarakat.
d.
Cara-cara
pemecahan masalah yang dihadapi. Menunjukkan dan melatih cara merespon berbagai
masalah yang dihadapi.
e.
Mengikuti
aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.
f.
Melakukan
peran dan tanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga
Di dalam keluarga, perlu dikembangkan sikap
menghargai orang lain dan keteladanan. Di samping itu, perlu diciptakan suasana
keteladanan oleh pihak-pihak yang berwewenang, seperti orang tua di dalam
keluarga, guru di sekolah, dan tokoh masyarakat dalam kehidupan sosial. Dalam
suasana ini yang perlu ditonjolkan antara lain adalah sifat sportif dan
kejujuran, berjuang keras dengan berpegang pada prinsip yang dapat dipercaya.
B. Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
1.
Pengertian Kehidupan Pendidikan dan Karier
Pada
hakikatnya manusia selalu ingin tahu, dengan demikian ia selalu berupaya
mengejar pengetahuan hingga ia terus belajar dan mencari tahu banyak hal.
Banyak bangsa yang mengikuti prinsip pendidikan(belajar) seumur hidup, yang
artinya adalah manusia itu senantiasa terus belajar sepanjang hayatnya.Kehidupan
pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang
hidupnya, baik di dalam jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
Berkaitan
dengan perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang dimaksud baik yang
dialami oleh remaja sebagai pesert didik di dalam lingkungan keluarga,sekolah,
maupun kehidupan bermasyarakat. Sedangkan kehidupan karier merupakan pengalaman
seseorang dalam dunia kerja. Menurut Garisson (1956) bahwa setiap tahun di
dunia ini terdapat jutaan pemuda dan pemudi memasuki dunia kerja. Peristiwa
seorang remaja masuk ke dunia kerja merupakan awal pengalamannya dalam
kehidupan berkarier dengan kehidupan remaja dalam pendidikan sebagai awal
kehidupan kariernya. Hal tersebut akan mengalami pasang surut yang akan menjadi
pengalaman berharga bagi remaja itu sendiri.
2.
Karakteristik Kehidupan Pendidikan dan Karier
Pada usia remaja, telah mulai jelas minatnya
terhadap jenis pekerjaan tertentu. Untuk itu, secara sadar remaja telah
mengetahui pula bahwa untuk mencapai jenis pekerjaan yang diidamkan tersebut
memerlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu yang harus dimiliki. Oleh
karena itu, pendidikan merupakan pondasi dasar atau persiapan bagi remaja untuk
mendapatkan pekerjaan tersebut. Di samping pendidikan,para remaja juga memiliki
teman sejawat. Dengan demikian, mereka memiliki tiga lingkungan pendidikan yang
pola dan karakteristiknya berbeda-beda serta masing-masing memikul tanggung
jawab dalam penyelenggaraan pendidikan.
Ketiga
lingkungan pendidikan itu ialah keluarga,sekolah, dan masyarakat. Hal itu
tertuang dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dengan demikian, setip remaja berada pada posisi pendidikan yang
majemuk, ia berada di lingkungan kehidupan pendidikan keluarga,kehidupan
pendidikan masyarakat, dan kehidupan pendidikan sekolah yang diikutinya.
Masing-masing lingkungan kehidupan pendidikan tidak selalu sama dasar dan
tujuannya. Oleh karena itu, remaja seperti “ditantang” untuk mampu mengatasi problema
keanekaragaman tersebut dan mampu menempatkan dirinya dengan tepat dan
harmonis.
a.
Lingkungan
Pendidikan Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan
remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukan
kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan
tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai dengan
pandangan hidup keluarga masing-masing, sekalipun secara nasional bagi keluarga-keluarga
bangsa Indonesiamemiliki dasar yang sama, yaitu Pancasila.Anak dan remaja di
dalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik dan orang tua sebagai
pendidiknya. Banyak pola penyelenggaraan pendidikan keluarga, yang secara garis
besar dapat dikelompokkan mnjadi tiga kelompok pola pendidikan, yaitu
pendidikan otoriter, pendidikan demokratis, dan pendidikan liberal.
Dalam pendidikan yang otoriter, anak-anak senantiasa
hrus mengikuti apa yang telah digariskan oleh orng tuanya, sedangkan pada
pendidikan liberal,anak-anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan
cita-citanya. Namun, kebanyakan keluarga di Indonesia mengikuti pendidikan yang
berpola demokratis. Makna pendidikan demokratis menurut Ki Hadjar Dewantara
ialah penyelenggaraan pendidikan itu hendaknya ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,yang
artinya di depan memberi contoh,, di tengah membimbing, di belakang memberi
semangat.
b.
Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan alami kedua yang
dikenal anak-anak. Kondisi masyarakat amat beragam, tentu banyak hal yang harus
diperhatikan dan diikuti oleh anggota masyarakat, dan dengan demikian para
remaja perlu memahami hal itu. Perbedaan pandangan antara orang tua dan remaja
terkadang menyebabkan norma dan perilaku remaja dianggap tidak sesuai dengan
norma masyarakat yang berlaku. Hal ini tentu berdampak pada pembentukan pribadi
remaja. Perbedaan ini pula dapat mendorong terbentuknya kelompok-kelompok
remaja yang memiliki sudut pandang yang sama.
Dalam menjalankan fungsi pendidikan, masyarakat
banyak membentuk/mendirikan kelompok-kelompok atau paguyuban-paguyuban atau
kursus-kursus yang berorientasi pada dunia kerja dan secara sengaja disediakan
untuk anak remaja dalam upaya mempersiapkan hidupnya di kemudian hari.Namun, hal
tersebut kurang diminati oleh remaja.
c.
Sekolah
Sekolah
merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak
ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk memberikan kemampuan dan keterampilan
sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Bagi remaja, sekolah dipandang
cukup berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib
mereka di kemudian hari. Mereka menyadari
jika prestasi atau hasil yang dicapai di sekolah itu baik, hal itu akan
membuka kemungkinan hidupnya mennjadi cerah begitupun sebaliknya.Kegagalan
sekolah dipandang sebagai awal kegagalan hidupnya. Dengan demikian, sekolah
dipandangbanyak mempengaruhi kehidupannya. Oleh karena itu, remaja telah
memikirkan benar-benar dalam memilih dan mendapatkan sekolah yang diperkirakan
mampu memberikan peluang baik baginya di kemudian hari.
Pandangan ini didasari oleh berbagai faktor, seperti
faktor ekonomi, faktor sosial dan harga diri(status dalam masyarakat).
Namun,kebanyakan orang tua terlalu ikut campur untuk menentukan sekolah bagi
anaknya, hal itu sering membawa akibat kegagalan dalam pendidikan sekolah,
karena anak terpaksa mengikuti pelajaran yang tidak sesuai dengan
pilihannya.Untuk menetapkan pilihan jenis pendidikan dan pekerjaan yang
diidamkan banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor prediksi masa depan,
faktor prestasi yang menggambarkan bakat dan minat, faktor kehidupan yang dapat
diamati dari kondisi beragamnya lapangan kerja di masyarakat, dan kemampuan
daya saing setiap individu.
3. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
a.
Faktor Sosial Ekonomi
Kondisi
sosial ekonomi keluarga banyak menentukan perkembangan kehidupan pendidikan dan
karier anak. Kondisi sosial yang menggambarkan status orang tua merupakan
faktor yang “dilihat” oleh anak untuk menentukan pilihan sekolah dan pekerjaan.
Secara tidak langsung keberhasilan orang tuanya merupakan”beban” bagi
anak,sehingga dalam menetukan pilihan pendidikan tersirat untuk ikut
mempertahankan kedudukan orang tuanya. Di samping itu, secara eksplisit orang
tua menyampaikan harapan hidup anaknya yang tercermin pada dorongan untuk
memilih jenis sekolah atau pendidikan yang diidamkan oleh orang tua. Misalnya,
orang tuanya menginginkan anaknya menjadi dokter.
Faktor
ekonomi mencakup kemampuan ekonomi orang tua dan kondisi ekonomi
negara(masyarakat). Yang pertama merupakan kondisi utama, karena menyangkut
kemampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya.Banyak anak berkemampuan
intelektual tinggi tidak dapat menikmati pendidikan yang baik, disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan ekonomi orang tuanya.
b.
Faktor Lingkungan
Dalam hal ini, lingkungan yang dimaksud
meliputi tiga macam. Pertama,
lingkungan kehidupan masyarakat, seperti lingkungan masyarakat perindustrian,
pertanian, atau lingkungan perdagangan. Dikenal pula lingkungan masyarakat
akademik atau lingkungan yang masyarakatnya terpelajar. Lingkungan kehidupan
semacam itu akan membentuk sikap anak dalam menentukan pola kehidupan, yang
pada gilirannya akan mempengaruhi pemikirannya dalam menentukan jenis
pendidikan dan karier yang diidamkan. Kedua,
lingkungan kehidupan rumah tangga, kondisi sekolah merupakan lingkungan yang
langsung berpengaruh terhadap kehidupan pendidikan dan cita-cita remaja.
Lembaga pendidikan atau sekolah yang baik mutunya, yang memelihara kedisiplinan
cukup tinggi, akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku
kehidupan pendidikan anak dan pola pikirannya dalam menghadapi karier.Ketiga, lingkungan kehidupan teman
sebaya. Bahwa pergaulan teman sebaya akan memberikan pengaruh langsung terhadap
kehidupan pendidikan masing-masing remaja. Lingkungan teman sebaya akan
memberikan peluang bagi remaja untuk menjadi lebih matang.
4.
Pengaruh
Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier terhadap Tingkah Laku dan Sikap
Pada
pendidikan dasar yang kurikulumnya masih sangat umum, sekolah tersebut
menyediakan pelajaran dasar yang belum bermakna sebagai pembekalan anak-anak
untuk siap bekerja dan belum terarah kepemberian keterampilan tertentu untuk
terjun ke dunia kerja di dalam masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan pandangan
yang bermacam-macam bagi para remaja ataupun orang tua, terutama bagi keluarga
yang kurang mampu. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa sekolah itu kurang
bermanfaat bagi kehidupan.Hal ini akan sangat mempengaruhi sikap mereka
terhadap sekolah tersebut.Sikap remaja terhadap pendidikan sekolah banyak
diwarnai oleh karakteristik guru yang mengajarnya. Guru yang “baik” di mata
para siswa tidak hanya bergantung kepada keadaan guru itu sendiri, melainkan
tergantung pada banyak faktor. Guru yang baik adalah guru yang akrab dengan
siswanya dan menolong siswanya dalam pelajaran.
5.
Perbedaan Individu
dalam Perkembangan dan Karier
Pencapaian tingkat pendidikan dipengaruhi oleh
tingkat kecerdasan atau IQ. Dalam kenyataannya IQ setiap individu berbea-beda,
maka hal itu akan berpengaruh terhadap pola kehidupannya di dalam bidang
pendidikan. Dengan demikian, kehidupan pendidikan akan sangat bervariasi atau
berbeda-beda seiring dengan perbedaan kemampuan berpikir atau IQ. Berhubung
kehidupan pendidikan merupakan bagian awal dari kehidupan karier, maka dengan
perbedaan kehidupan pendidikan tersebut konsekuensinya akan membawa perbedaan
individual di dalam kehidupan kariernya.
6.
Upaya
Pengembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
Dengan ketiga kondisi lingkungan yang berbeda-beda
dapat menyebabkan peserta didik mengalami kebingungan hingga pertentangan atau
perbedaan norma antara masing-masing lingkungan amat besar kemungkinannya akan
terjadi. Untuk itu, hubungan antara ketiga pelaksana pendidikan itu satu sama
lain harus mengadakan pendekatan untuk mencapai keharmonisan program.Salah satu
perbedaan antara orang tua dan anak ialah bahwa pada orang dewasa kegiatan yang
dilakukan lebih berorientasi kepada kerja-kerja produktif, sedangkan anak-anak
masih diwarnai unsur bermain.Remaja yan usianya berkisar 13-19 tahun di dunia
karier relaif masih muda dan berada pada posisi awal. Untuk itu, maka perlu
dibedakan karier remaja awal, yang karena kondisinya pada usia 13-16 tahun
harus masuk ke dunia kerja.Mereka masih banyak menghadapi masalah baik masalah
fisik maupun psikologis.
Proses pemilihan kerja sebenarnya telah berlangsung
sejak dini, di saat anak itu menetapkan pilihan sekolah. Para remaja telah
berkemampuan untuk menarik keputusan, sekalipun dasar pertimbangan yang
digunakan belum cukup luas, terutama yang berkaitan dengan pandangan masa depan
yang belum mantap.Oleh karenanya, mereka masih memerlukan arahan atau bimbingan
orang tua atau pembimbing.Banyak faktor yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan pilihan pekerjaan.
a.
Perkembangan
Karier Remaja
Pendidikan dalam arti sempit merupakan persiapan
menuju suatu karier, sedangkan dalam arti luas pendidikan merupakan bagian dari
proses perkembangan karier remaja. Remaja, yang dilihat dari usia yang mencakup
12-21 tahun, menurut Ginzberg(Alexander,dkk., 1980) perkembangan kariernya
telah sampa pada periode pilihan tentatif dan sebagian berada pada peroide
pilihan realistis, sedangkan menurut Super(Alexander,dkk., 1980) perkembangan
karier remaja itu berada pada tahap eksplorasi, terutama subtahap tentatif dan
sebagian dari subtahap transisi.
Perkembangan karier remaja menurut Ginzberg ada pada
periode pilihan tentatif (11-17 tahun) itu ditandai oleh meluasnya pengenalan
anak terhadap berbagai masalah dalam memutuskan pekerjaan apa yang akan
dikerjakannya di mas mendatang. Periode tentatif ini meliputi 4(empat) tahapan,
yaitu :
1.
Tahap
Minat (umur 11-12 tahun)
Pada tahap ini, remaja sudah mulai mempunyai rencana
dan kemungkinan pilihan karier yang didasarkan pada minat. Anak belajar tentang
apa yang ia suka lakukan dan anak melakukan pilihan-pilihan secara tentatif
atas dasar faktor-faktor subjektif, belum didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
objektif.
2.
Tahap
Kapastitas (umur 12-14 tahun)
Pada tahap ini, remaja mulai menggunakan
keterampilan dan kemampuan pribadinya sebagai pertimbangan dalam melakukan
pilihan dan rencana-rencana karier. Remaja mulai menilai kemampuannya
berperanan baik dalam bidang-bidang pendidikan dan pekerjaan yang diminati.
3.
Tahap
Nilai (umur 15-16 tahun)
Pada tahap ini, remaja telah menganggap penting
peranan nilai-nilai pribadi dalam proses pilihan karier. Anak mulai melihat apa
yang sesungguhnya penting bagi dirinya, tahu perbedaan konsepsi tentang
berbagai gaya hidup yang disiapkan oleh pekerjaan, kesadaran tentang pentingnya
waktu mulai berkembang dan menjadi lebih sensitif terhadap perlunya pekerjaan.
4.
Tahap
Transisi (umur 17-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja mulai bergerak dari
pertimbangan-pertimbangan realistis yang masih berada di pinggir kesadaran ke
dalam posisi yang lebih sentral. Pda tahap ini juga,anak mulai menghadapi
perlunya membuat keputusan dengan segera,konkret, dan realistis tentang
pekerjaan yang akan datang atau pendidikan yang mempersiapakannya ke suatu
pekerjaan tertentu nanti. Anak makin bebas bertindak sehingga memungkinkan ia
melakukan uji coba keterampilan dan bakat-bakatnya.
Dalam periode pilihan realistis (17-18 tahun dan
yang lebih tua), remaja telah sampai pada tahap eksplorasi, yaitu mencari
berbagai ltnatif pekerjaan yang cocok, dan tahap kristalisasi yaitu melakukan
pilihan karier. Tetapi tahap spesifikasi yang merupakan tugas perkembangan
akhir dalam pilihan karier seseorang, dimana seseorang telah memiliki suatu
pekerjaan yang relatif tetap berusaha untuk memilih tugas-tugas tertentu atau
posisi-posisi spesifik, tentunya belum merupakan bagian dari perkembangan
karier remaja
b. Masalah yang
Dihadapi
Dalam
proses perkembangan karir itu remaja sering mengalami berbagai masalah dan
hambatan. Masalah dan hambatan-hambatan itu dapat berasal dari dalam dirinya
sendiri, dari luar dirinya atau lingkungannya ataupun kedua-duanya. Oleh karena
itu, untuk menghadapi remaja yang mengalami masalah atau kesulitan dalam
memilih karier, shertzer (Alexander,dkk.,1980) menyarankan hal-hal berikut:
1)
Pelajari dirimu sendiri, karena kesadaran diri tentang bakat, kemampuan, dan
ciri-ciri pribadi yang
dia miliki merupakan kunci dari ketetapan perencanaan karir.
2)
Dibidang apa kamu merasa paling sreg (confortable).
3) Tulislah rencana dan cita-citamu secara formal.
4)
Biasakan dirimu dengan tuntutan pekerjaan tertentu yang kamu minati.
5)
Tinjau dan bicarakan lagi rencana kariermu itu dengan orang lain.
6)
Jika ternyata pilihan kariermu tidak cocok, hentikan.
C. Tugas Perkembangan Remaja Berkenaan dengan Kehidupan Berkeluarga
1. Pengertian Kehidupan Berkeluarga
Berkenaan
dengan upaya untuk menetapkan pilihan pasangan hidup, perkembangan sosial
psikologis remaja ditandai dengan upaya menarik lawan jenis dengan berbagai
cara yang ditunjukkan dalam bentuk prilaku. Remaja laki-laki berupaya untuk
mencapai posisi prestasi akademik dan atletik (bidang olah raga) yang baik,
sebab kedua hal itu merupakan gejala yang dinilai sebagai pertanda unggul dan
menunjukkan kehebatan diantara semua laki-laki. Sebaliknya bagi remaja remaja
wanita berupaya untuk menjadi seorang wanita yang baik.
2. Timbulnya Cinta dan Jatuh Cinta
Hampir
setiap pemuda (laki-laki atau wanita) mempunyai dua tuuan utama, pertama
menemukan jenis pekerjaan yang sesuai dan, kedua menikah dan membangun sebuah
rumah tangga (keluarga). Hal ini tidak selalu harus muncul dalam aturan
tertentu, tetapi perlu dicatat bahwa seorang remaja akan mengalami “jatuh
cinta” di dalam masa kehidupanya setelah mencapai belasan tahun (Garison,
1956:483).
Para
ahli ilmu jiwa sosial sependapat bahwa konsepsi yang menentukan saling
tertariknya antara person relavan dengan upaya menciptakan hubungan yang akrab
(intim) dan hal itu berlangsung dalam kurun waktu yang relatif panjang. Hal ini
ditentukan oleh banyak hal antara lain adalah: penampilan masa kini, antisipasi
masa depan, pertimbagan biaya, dan hal yang berkaitan dengan peranan
masing-masing pihak dalam mengawali dan menjaga hubungan satu sama lain
(Levinger -1980, dalam Worchel dan Cooper, 1983:279).
3.
Masyarakat dan Perkawinan
Pemilihan
pasangan hidup yang didorong oleh faktor biologis dan berakhir dengan
perkawinan, berarti merupakan pertanda terbentuknyainti kekeluargaan atau
perluasan dan kelanjutan tentang pemekaran keluarga. Pada kenyataannya, setiap
masyarakat memiliki norma yang berkenaan dengan masalah perkawinan.Dengan
demikian, perkawinan antara wanita dan pria bukan hanya didorong oleh faktor
biologis melainkan diatur oleh berbagai aturan atau norma yang berlaku di dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan. Menurut Eshleman dan Cashion (1983:311), norma
perkawinan yang berlaku di setiap masyarakat dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu exogamy dan indogamy. Selain faktor fisik(biologis)
dan psikologis,faktor-faktor lain yang dijadikan pertimbangan dalam menetapkan
calon pasangan hidup adalah kesamaan-kesamaan dalam hal ras,bangsa,agama, dan
status sosial ekonomi.
D. Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Memperhatikan
banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran
tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor-faktor
tersebut. Sekalipun dalam penyelenggaraan pendidikan diakui bahwa tidak mungkin
memenuhi tuntutan dan harapan seluruh faktor yang berlaku tersebut.
a.
Pendidikan yang berlaku di Indonesia,baik penyelenggaraan pendidikan di dalam
sekolah maupun di luar sekolah,pada umumny diselenggarakan dalam bentuk
klasikal.
b.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan penyelenggaraan pendidikan, sehubungan
dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap cita-cita
kehidupannya antara lain, yaitu:
1)
Bimbingan karier dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai dengan
kemampuannya.
2)
Memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi kepada
kondisi lingkungan.
3)
Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan
lokal.
c.
Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian
tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya.Untuk itu,perlu dikembangkan
model keluarga yang ideal.
E. Konsep dan Proses Penyesuaian Diri
Makna
akhir dari hasil pendidikan seorang individu terletak pada sejauh mana hal yang
telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki
sejumlah pengetahuan,kecakapan,minat, dan sikap. Dengan pengalaman, ia secara
berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang ia miliki
sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
1.
Pengertian Penyesuaian Diri
Terdapat
banyak pengertian dari penyesuaian, diantaranya yaitu:
1)
Penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa
“survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat
mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2)
Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan
sesuatu dengan standar atau prinsip.
3)
Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk
membuat rencana dan mengorganisasikan respon-respon sedemikian rupa, sehingga
bisa mengatasi segala macam konflik,kesulitan, dan frustasi-frustasi secara
efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang
adekuat.
4)
Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan
emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat
pada setiap situasi.
Dari
beberapa pengertian di atas,dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha
manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
2.
Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika
manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan
lingkungannya di mana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di
mana semua fungsi organisme/individu berjalan normal. Namun, hal itu tak pernah
dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses
sepanjang hayat (lifelong process),
dan manusia terus menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan
tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat.
Respon
penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu
upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara
kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar.Penyesuaian adalah sebagai suatu
proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan
eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan,
dan frustasi, dan individu didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku
untuk membebaskan diri dari ketegangan.Misalnya, seorang anak yang membutuhkan
rasa kasih sayang dari ibunya yang terlalu sibuk dengan tugas-tugas lain. Anak
akan frustasi dan berusaha mencari pemecahan untuk mereduksi
ketegangan/kebutuhan yang belum terpenuhi. Dia mungkin mencari kasih sayang di
mana-mana,mengisap jarinya atau makan secara berlebihan, sebagai respon
pengganti bila kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar.Dalam beberapa hal,
respon pengganti tidak tersedia, sehingga individu mencari suatu respon lain
yang akan memuaskan motivasi dan mereduksi ketegangan.
3.
Karakteristik Penyesuaian Diri
Setiap
individu pasti mengalami rintangan-rintangan dalam penyesuaian diri. Dengan
adanya rintangan tersebut maka setiap individu harus cerdas dalam menyesuaikan
diri. Namun, banyak individu yang dapat menyesuaikan diri dengan positiftapi
ada pula individu yang melakukan penyesuaikan diri yang salah.
a. Penyesuaian Diri
Secara Positif
Individu
yang dapat menyesuaikan diri secara positif dapat dilihat dengan tanda-tanda sebagai
berikut:
1) Tidak menunjukkan
adanya ketegangan emosional.
2) Tidak menunjukkan
adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
3) Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
4) Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
5) Mampu dalam belajar.
6) Menghargai
pengalaman.
7) Bersikap realistik
dan objektif.
Dalam
menyesuaikan diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai
bentuk, antara lain :
1)
Penysuaian diri dengan menghadapi masalah secara langsung.
2)
Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi.
3)
Penyesuaian dengan trial and eror (
coba-coba).
4)
Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
5)
Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
6)
Penyesuaian dengan belajar.
7)
Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
8)
Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
b.
Penyesuaian Diri yang Salah
Gagalnya
seorang individu dalam menyesuaikan diri secara positif, dapat mengakibatkan ia
melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan
berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah,emosional, sikap
yang tidak realistik,agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian yang salah, yaitu :
1)
Reaksi Bertahan (Defence Reaction)
Pada
bentuk ini, individu berusaha mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak
menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
- Rasionalitas,yaitu bertahan dengan mencari-cari
alasan untuk membenarkan tindakannya.
- Represi, yaitu berusaha untuk menekan
pengalamannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar. Ia berusaha
melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan.
- Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan
dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima.
-
Sour Grapes, yaitu dengan
memutarbalikkan kenyataan.
2)
Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction)
Individu
yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang
bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari
kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku, seperti selalu
membenarkan diri,mau berkuasa dalam setiap situasi,mau memiliki
segalanya,bersikap balas dendam,marah secara sadis,keras kepala dalam
perbuatannya, menunjukkan sikap menyerang dan merusak, menunjukkan sikap
permusuhan secara terbuka,dan sebagainya.
3)
Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction)
Dalam
reaksi ini, individu yang melakukan penyesuaian diri dengan salah akan
melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak
dalam tingkah laku seperti banyak tidur,minum-minuman keras,narkotika, dan
lain-lain.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Proses Penyesuaian Diri
Kepribadian
berfungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri, dalam hal ini
penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada
proses penyesuaian. Secara sekunder,proses penyesuaian ditentukan oleh
faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal maupun
eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur
perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1)
Kondisi-kondisi fisik (kelenjar,sistem otot,kesehatan,penyakit,susunan
saraf,dan lainnya)
2)
Perkembangan dan kematangan (kematangan intelektual,sosial,moral,dan emosional)
3)
Penentu psikologis (pengalaman,belajarnya,frustasi,penentuan diri, dan konflik)
4)
Kondisi lingkungan (khususnya keluarga dan sekolah)
5)
Penentu kultural ( budaya,adat,agama dan sebagainya)
Pemahaman
tentang faktor-faktor ini dan bagaimana fungsinya dalam penyesuian merupakan
syarat untuk memahami proses penyesuaian, karena penyesuaian tumbuh dari
hubungan-hubungan antara faktor-faktor ini dan tuntutan individu.
Kondisi Jasmaniah
Kondisi
jasmaniah seperti pembawaan dan struktur/konstitusi fisik temperamen sebagai
disposisi yang diwariskan,aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan
erat dengan susunan tubuh. Menurut Shekdon (Moh.Surya,1977) terdapat korelasi
yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen. Dengan
demikian, kondisi sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syara bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang
baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah
yang baik pula. Ini berarti, gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh
seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
Perkembangan, Kematangan,
dan Penyesuaian Diri
Dalam
proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat
instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Sesuai
dengan hukum pengembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara
individu yang satu dengan lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian
diri pun berbeda pula secara individual. Pola penyesuaian diri akan bervariasi
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang
dicapainya.Kondisi-kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian
seperti emosional,moral,sosial,keagamaan, dan intlektual.
Penentu Psikologis terhadap
Penyesuaian Diri
Terdapat
beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi pnyesuaian diri, seperti :
a)
Pengalaman
Pengalaman
yang mempunyai arti dalam menyesuaikan diri adalah pengalaman yang menyenangkan
dan pengalaman traumatik. Pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan proses
penyesuaian diri yang baik, dan sebaliknya pengalaman traumatik akan
menimbulkan penyesuaian yang kurang baik.
b)
Belajar
Proses
belajar akan mengembangkan pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian.
Sebagian besar respon-respon dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak diperoleh
dari proese belajar. Dalam proses penyesuaian diri, belajar merupakan suatu
proses modifikasi tingkah laku sejak fase-fase awal dan berlangsung terus
sepanjang hayat dan diperkuat dengan kematangan.
c)
Determinasi Diri
Determinasi
diri mempunyai peranan penting dalam proses penyesuaian diri karena mempunyai
peranan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri.Keberhasilan atau
kegagalan penyesuaian diri akan banyak ditentukan oleh kemampuan individu dalam
mengarahkan dan mengendalikan dirinya, meskipun sebetulnya situasi dan kondisi
tidak menguntungkan bagi penyesuaian dirinya.
d)
Konflik dan Penyesuaian
Efek
konflik pada perilaku akan tergantung sebagian pada sifat konflik itu sendiri.
Beberapa konflik dapat bermanfaat memotivasi ataupun merugikan. Cara seseorang
mengatasi konfliknya bervariasi, mislanya dengan meningkatkan usaha ke arah
pencapaian tujuan yang menguntungkan secara sosial atau melarikan diri dari
konflik tersebut.
Lingkungan sebagai Penentu
Penyesuaian Diri
a)
Pengaruh Rumah dan Keluarga
Faktor
rumah dan keluarag ialah faktor yang sangat penting, karena keluarga merupakan
satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh
individu adalah dalam keluarga, lalu dikembangkan dalam masyarakat.
b)
Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola
hubungan antara orang tua dan anak akan mempengaruhi proses penyesuaian diri
anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuain diri,
antara lain :
- Menerima (acceptance), yaitu situasi hubungan di
mana orang tua menerima anaknya dengan baik. Sikap ini menimbulkan rasa aman
dan suasana nyaman bagi anak.
- Menghukum dan
disiplin yang berlebihan, dalam pola ini hubungan orang tua dan anak bersifat
keras hingga menimbulkan suasana psikologis yang kurang menguntungkan anak.
- Memanjakan dan
melindungi anak secara berlebihan, pola ini dapat menimbulkan rasa
canggung,cemburu,rendah diridan perasaan tidak aman,
-
Penolakan,
yaitu pola hubungan di maan orang tua menolak kehadiran anaknya.
c)
Hubungan Saudara
Suasana
hubungan saudara yang penuh persahabatan,kooperatif, saling menghormati, penuh
kasih sayang,mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya
penyesuaian diri yang lebih baik. Sebaliknya, suasana permusuhan,
perselisihan,iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan
dan kegagalan penyesuaian diri.
d)
Masyarakat
Lingkungan
tempat individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola
penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku
yang salah bersumber dari keadaan masyarkat.
e)
Sekolah
Sekolah
berperan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual,sosial, dan
moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial ataupun psikologis menentukan
proses dan pola penyesuaian diri.
Kultural dan Agama sebagai Penentu
Penyesuaian Diri
Lingkungan
kultural di mana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola
penyesuaian dirinya. Sementara itu, agama memberikan suasana psikologis tertentu
dalam mengurangi konflik,frustasi dan ketegangan lainnya.agama mrupakan sumber
nilai, kepercayaan dan pola-p0la tingkah laku yang akan memberikan tuntunan
bagi arti tujuan dan kesetabilan hidup umat manusia. Kehidupan yang epektif
menuntut adanya tuntunan hidup yang mutlak. Agama memegang peranan penting
sebagai penentu dalam proses pensesuaian diri.
F. Permasalahan-Permasalahan Pnyesuaian Diri Remaja
Salah
satu persoalan yang di hadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang dapat
menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang
dewasa terutama orang tua. Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja
sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana pisikolagi dan sosial dalam
kerluarga pemasalahan penyesuaiandiri yang di hadapi remaja dapat berasal dari
suasana pisikolagis keluarga seperti keretakan keluarga misalnya perbedaan
perlakuan antara anak laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan
mereka, sehingga memungkinkan timbul nya rasa iri hati dalam jiwa anak
perempuan terhadap saudarah laki-laki. Keadaan iniakan menghambat proses
penyesuaian diri anak perempuan.
Contoh
berikutnya ialah sering pindah tempat tinggal, karena remaja yang keluarganya
sering pindah maka ia terpaksa pindah dari sekolah ke sekolah yang lain dan ia
mengalami kesukaraan akademis bahkan ada kemungkinan ia sangat tertinggal dalam
pelajaran, karena guru berbeda-beda dalam cara mendidik, demikian pula mungkin
buku-buku pokok yang digunakan tidak sama. Di samping itu, masalah teman remaja
akan menjadi permasalahan berikutnya, karena perpindahan ke tempat atau
masyarakat baru, berarti kehilangan teman lama dan terpaksa mencari teman baru.
Banyak remaja mengalami kesulitan dalam mencari atau membentuk persahabatan dan
hubungan sosial yang baru. Di sini remaja dituntut untuk dapat lebih mampu
menyesuaikan diri dengan masyarakat yang baru, sehingga ia menjadi bagian dari
masyarakat yang baru itu. Contoh yang lain ialah remaja yang terlalu di kekang
orang tuanya dalam memilih sekolah dan penyesuaian diri remaja yang berkaitan dengan kebiasaan
belajar yang baik.
G. Implikasi Proses Penyesuaian Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Lingkungan
sekolah selain mengembangkan fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan
(transformasi normal). Dalam kaitannya dengan pendidikan, peranan sekolah pada
hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat
perlindungan jika anak didik mengalami masalah. Oleh karena itu, di setiap
sekolah terdapat wali kelas yang akan membantu peserta didik jika ia menghadapi
kesulitan dalam pelajaran dan masalah pribadi serta masalah penyesuaian diri
peserta didik.
Upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja
khususnya di kalangan sekolah, yaitu :
1)
Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi anak didik
baik secara sosial, fisik maupun akademis.
2) Menggunakan metode
dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
3) Menggunakan prosedur
evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
4) Ruangan kelas yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan.
5) Peraturan atau tata
tertib dipahami oleh peserta didik.
6) Teladan dari
pendidik dalam segala segi pendidikan.
7)
Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua peserta
diidk dan masyarakat.
Karena
di sekolah guru merupakn figur pendidik yang penting dan besar pengaruhnya
terhadap penyesuaian siswa-siswanya, maka dituntut sifat-sifat guru yang
efektif. Menurut Ryans (Garisson,1956), sifat-sifat guru yang efektif yakni
sebagai berikut :
1) Memberi kesempatan,
tampak antusias dan berminat dalam ativitas siswa dan kelas.
2) Ramah dan optimis.
3) Mampu mengontrol
diri, tidak mudah kacau, dan teratur tindakannya.
4) Senang kelakar,
mempunyai rasa humor.
5) Mengetahui dan
mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri.
6) Jujur dan objektif
dalam memperlakukan siswa.
7) Menunjukkan
pengertian dan rasa simpati dalm bekerja dengan siswa-siswanya.
Jika
pendidik dan seluruh staf di sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
maka anak-anak didik di sekolah akan berkurang kemungkinannya untuk mengalami
permasalahan-permasalahan penyesuaian diri atau terlibat dalam masalah yang
bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan
seseorang individu muncul karena pertumbuhan dan perkembangan psiko fisisnya.
Dorongan (motif) merupakan faktor utama munculnya kebutuhan dan dorongan
tersebut secara alami (asli) maupun karena proses belajan akan mendorong
seseorang individu untuk bertingkah laku memenuhi kebutuhan nya. Dalam upaya
memenuhi kebutuhannya, seorang remaja banyak menghadapi masalah, antara lain
adalah kondisi yang amat berbeda antara masa anak-anak dan masa remaja/dewasa,
norma yang amat berbeda kerena pengaruh perkembangan zaman dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnolagi serta pendidikan, kesulitan dalam menilai kemampuan
dirinya dibandingkan dengan permasalahan yang dihadapi, dan kesulitan dalam
penyesuaian diri dengan berbagai kondisi masyarakat yang amat kompleks.
Menjalani
perkembangan bagi remaja adalah melaksanakan tugas-tugas, yaitu mempersiapkan
dirinya untuk dapat diterima sebagai individu yang mampu berdiri sendiri di
dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat. Tugas-tugas itu meliputi tugas
kehidupan pribadi, tugas dalam kehidupan sosial, dan tugas dalam kehidupan
keluarga. Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut laki-laki berbeda dengan
wanita, baik mengenai tugas dalam perkembangan fisik maupun dalam perkembangan
psikofisis. Hampir setiap pemuda (laki-laki dan wanita) mempunyai dua tujuan
utama, yaitu menemukan jenis pekerjaan yang sesuai serta menikah dan membangun
rumah tangga.
Mengembangkan
program pendidikan dan pembinaan karier merupakan langkah yang perlu ditempuh
untuk mengatasi berbagai masalah kehidupan pendidikan dan karier. Program
tersebut antara lain yaitu bimbingan karier,bimbingan pendidikan dalam upaya
mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan,memberikan
latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi terhadap kondisi
lingkungan,dan penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan
kurikulum muatan lokal. Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan
norma kehidupan sosial kemasyarakatan perlu dilakukan. Dalam hal ini, perlu
dilakukan pendidikan praktis melalui organisasi pemuda,pertemuan dengan orang
tua secara periodik, dan pemantapan pendidikan agama baik di dalam maupun luar
sekolah.
Penyesuaian
diri dapat diartikan adaptasi,konformitas,penguasaan, dan kematangan emosional.
Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor
internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan
berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan. Proses
penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi fisik,tingkatan
perkembangan dan kematangan, faktor psikologis,
lingkungan, dan kebudayaan. Terdapat dua karakteristik penyesuaian diri
yaitu penyesuaian diri secara positif dan penyesuaian diri yang salah. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyesuaian diri yaitu kondisi
jasmaniah,lingkungan,kebudayaan,agama, serta perkembangan dan kematangan.
Tingkat
penyesuaian diri dan pertumbuhan/perkembangan remaja sangat tergantung pada
sikap orang tua dan kondisi lingkungan keluarga. Permasalahan-permasalahan
pnyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis
keluarga seperti keretakan keluarga. Permasalahan lainnya ialah sering pindah
tempat tinggal, terlalu dikekangnya anak oleh orang tua dalam memilih sekolah,
dan sebagainya.
Lingkungan
sekolah mempunyai peran yang penting terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah
mengemban fungsi pengajaran serta fungsi pendidikan. Pendidik akan membantu
peserta didik jika ia mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Pendidik
diharapkan dapat bersikap efektif,seperti bersikap
adil,jujur,menyenangkan,antusias, mampu mengontrol diri, humor dan sebagainya
sehingga peserta didik akan merasa nyaman dan aman dalam proses pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Agung dan
Sunarto.2008.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:
Rineka Cipta.
Komentar
Posting Komentar