Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Puisi tema politik

Syair Sebuah Realita Karya Septa Mila Sari Dari teras warung kopi sederhana Politikus menggencarkan aksinya Mencoba akrab pada pemuda Sekalian merebut hati orang tuanya Atas nama panggung kehidupan berwarna Koar mereka seolah akan nyata Namun, coba kau lihat saja! Beginilah realita yang ada Mengais sampah demi botol aqua Mencari rupiah tuk sambung nyawa Berpuasa kita siang dan malamnya Berpesta mereka tiap minggunya! Berdasi berjas rapi angguk kepala Mengongkang kaki menggebrak meja Konferensi terlelap mata Aspirasi kita, kemanakah ia? Bertopeng kian tebal sahaja Agar mereka tak lihat caping kita Agar kita tak tahu siapa mereka Yang harusnya jadi penyambung suara Pedang, 13 Oktober 2018

Di Pinggir Jalan Lampu Merah

Di Pinggir Jalan Lampu Merah Sesi I -Septa Mila Sari- Semilir angin di malam sabtu Telah kirimkan buletin perihal pilu Rumah-rumah nampak bergetar hebat Masjid pun rusak dengan dahsyat Kami tak ada di sana, Namun luka mereka tersampaikan ke Sumatera Bulir bening menetes tanpa permisi Duka menyelimuti penjuru negeri Kami hanya mampu membawa sebuah kardus di dada Berharap recehan ataupun lembar rupiah diletakkan di sana Kami hanya anak kecil  dengan almamater biru Yang hanya mampu berdoa di kala tunaikan lima waktu Pada pinggir jalan lampu merah Kami mengetuk hati para manusia Meski kadang lambaian tangan yang diterima Kami ikhlas demi Kota Palu tercinta Pedang,  29 September 2018 Note : Dilarang keras memplagiat puisi ini! Puisi ini telah dibukukan dalam antologi puisi berjudul *Rindu yang Entah*

Puisi tema hati.

❤Nama Grup: Pejuang Hati (Grup Orange) ❤ Anggota : Aminah, Sandi Wan Putra, Saepul Amin, Septa Mila Sari, ❤Judul : Sajak Penantianku ❤Isi : Bagaimana aku melukiskan semuanya? Tentang raga yang menanti dengan gelisah Tentang jiwa yang teramat merindukan rupa Tentang hati yang tetap mencintainya Rinduku di rotasi waktu Cintaku terhalang jarak jauh Mampukah aku menahan itu? Sedangkan kekhawatiran selalu menghantuiku Rinai malam ini menambah kental pada sunyi Jangkrik bernyanyi menghibur kalbu yang sepi Bertanya aku pada cermin mini Masihkah ia mencintai? Harap ku dalam pada sunyi Rintihan lirih di dasar hati Mencoba tuk memahami ini Semoga kasih tak lari ke lain hati. Hari-hari pun terus berganti Membiarkanku menunggu seorang diri Dalam sunyi berteman sepi Dalam diam berteman kenangan Pada sunyi yang bercinta dengan rinai hujan malam ini Aku bertanya pada potret kita di layar lima inchi Bagaimana akhir penantian ini? Akankah engkau kembali? Hingga kuncup

Uchiha Itachi

Sajak Sang Pengabdi Konoha -Septa Mila Sari- Aku Sang Pengabdi Konoha, Harus memilih adik yang ku sayang ataukah uchihaku Bila uchihaku tetap berjaya, adikku kehilangan nyawa Uchiha adalah duniaku, Namun Sasuke adalah hidupku! Bagaimana aku bisa membunuh saudara satu clanku? Membunuh ayah dan ibuku, Termasuk membunuh gadis idaman hatiku, Apakah aku mampu dibenci adikku? Tolong jawab aku! Aku harus rela berlumuran darah Dan dicap sebagai pengkhianat konoha Demi hidup adikku tercinta Terbantailah clan uchiha! Mangekyo sharingan inilah yang menjadi kunci sejarah Pedang, 20 Oktober 2018

Tsunami

Nama: Septa Mila Sari Judul: Tragedi Penggulungan Bumi Penggulungan bumi di kaki hari Tsunami menyadap darah anak negeri Puluhan manusia kehilangan nyawa Paluku dibasahi air mata Luka menganga pada wajah anak dara Senak menggerogoti gelanggang dada Tiada lagi kata berdaya Sepandangan netra hanyalah wajah tanpa nyawa Fonem-fonem perih terlontarkan dari bibir biru Usai diperdengarkan dengan nyanyian-nyanyian sendu Cakaran tangan mungil tiada lagi guna Gulungan petaka luar biasa hebatnya Mawar melati tak lagi bewarna merah dan putih Tsunami menggantinya dengan hitam, kental sekali Bapak terpisah dengan bini yang jelita Pangeran desa terpisah dengan kekasihnya Paluku dihadiahi goncangan hebat Lebih hebat dari goncangan putaran bianglala Digelung pada kaki matahari Air asin tak hendak kawan lagi Dua tahiyat tak lagi hendak jadi khidmat Nyawa-nyawa hibuk mencari selamat Terpongkang ke kanan dan depan Bergelinding menuju perbatasan Pedang, 02 Oktober 2018

puisi bunga terkuat

Bunga Terkuat Karya Septa Mila Sari Ku punya.. Ya, aku punya sebuah bunga cantik Ia kuat meski dikelilingi duri yang tajam amat banyak Terkadang ia mengeluh, sakit katanya Duri itu menguasai batangnya, merongrong kelopaknya Mengugurkan daun-daun indah, ingin ku rangku Tapi apalah kata, durinya tajam menusuk dan merobek kulitku Ia berduri tapi ia bahagia, entah bagaimana caranya Kala ku pandang ia pasti bewarna merah Elok nan jelita di belakang duka Ingin ku mengeluh pada bunga itu akan gelisah hati Namun bayang berkata durimu tak setajam durinya Ya, duriku jangan menjadi durinya pula Jangan ku pertajam durinya Biarkan ia tetap merah dan indah Biarkan ia tetap menjadi bukti nyata Adanya bunga terkuat.. Pedang, 2018 Note : Puisi ini telah dibukukan dalam antologi puisi. Dilarang keras memplagiat!

Puisi Tema Tunanetra

          Sajak Seorang Tunanetra               Karya Septa Mila Sari Dari suara yang menyuarakan potret rumah-rumah roboh Kami menangis dengan hati yang teriris Dari suara anak-anak yang menjerit sebab terluka Kami meraung-raung sebab berduka Sayangku, bukan kalian tak layak hidup dunia Hanya saja Tuhan sedang menguji dengan bencana Bangkit duhai sayangku.. Bangkitlah! Kami masih di sampingmu Lewat permohonan yang terselip dalam tujuh belas rakaat, Kami mendoakan agar Palu tetap kuat Lewat rangkaian fonem yang terlontarkan dengan khidmat Kami bershalawat agar kalian tetap hebat Bangkitlah sayangku, kami setia mendoakanmu dari bilik bambu Kami tak mampu tuk menyambangi Ataupun menatapmu dalam perih, Sebab netra, tak lagi kami miliki Pedang, 29 September 2018 Bio : Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

Puisi Tema Guru

Sajak Anak Kolong Jembatan 🌱 Karya Septa Mila Sari Berlari, tubuh ini terbakar sengat Kaki mungil menuju bus dengan semangat Bertemulah kita, pertama kalinya kita berjabat Kau tersenyum manis, melihat hidupku yang kelat Mengalir cerita tentang dunia yang kejam Bagi insan yang tiada berpendidikan Kau rayu aku, agar masuk gubuk ilmu Supaya kelak, istana kolongku menjadi rumah kayu Menatap kepulan asap, kau kutip sebuah petuah Ing ngarsa sung tulada,  Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani Katamu, syair pujangga tak seindah petuah itu Petuah Ki Hajar Dewantara Yang menjadi pembangkit semangat dalam jiwa Meski kini kau telah termakan usia Ku panggil kau guru Ohh oase padang pasirku Sang super hero penyelamat kehidupan kelabu Surganya ilmu bagiku, anak kolong jembatan pasar Sabtu Pedang, 06 Oktober 2018

Puisi tema patah hati

*Kolaborasi Puisi* 🍃Judul: Duka Lara 🖤 🍃Tema: Patah Hati 💔 🍃Nama Grup : Pejuang Hati 💓 🍃Isi: Perasaan iba tenggelam dalam palung terdalam Menggapai dasar hati kegelisahan Tak pernah merasa sesakit ini Tertusuk pisau panah keganasan Habis berkeping tak bersisa Dukapun berjatuhan tak beraturan Sungguh miris teriris luka Akar kegundahan merayap seketika 🌸Sifa Tri Nofiyanti_Purbalingga🌸 Hancur lebur Tak meninggalkan rasa sedikitpun Jangankan melangkah, bergerak saja aku tak mampu Hanya bisa melihat asa yang melayang Karena kamu Jiwa dan raga ini terpaku Bersenandung rindu Yang ternyata menyakiti kalbu 🌸Ezamy Yasashi_Banjarnegara🌸 Aku mencintaimu Bersama rindu yang tiada bertepi Aku mencintaimu Dengan asa yang melambung tinggi Namun sunyi mulai menelisik ruang-ruang memori Khianat terbalut tabir sebuah janji Aku kini tertusuk kurva cinta Sebuah lukapun menganga 🌸Septa Mila Sari_Muara Beliti🌸 Mengingatmu dulu Berpikir semua indah Duduk

Cermin Tema Hujan

            Di Bawah Guyuran Hujan                 Karya Septa Mila Sari Rintik hujan mengetuk  atap rumah perlahan-lahan. Semenit kemudian atap rumah diketuk dengan dahsyat, pertanda hujan semakin deras.  Menciptakan rasa malas untuk sekolah. Arif memarkirkan motornya di halaman rumah, membiarkan kuda besinya basah diguyur hujan. Ia merapatkan jaket kulitnya, badannya yang semampai basah sebab diguyur hujan. Wajahnya sedikit pucat, mungkin efek kedinginan. Arif mengetuk sebuah rumah berwarna pink, sepertinya rumah seorang wanita. Arif cukup terkejut untuk beberapa detik. Seseorang yang sangat dikenalnya membukakan pintu,  seorang sahabatnya. "Ari?" ucap Arif spontan. "Eh bro, masuk deh. Mila di dalam" ------------------- Hujan telah usai. Di sinilah Arif sekarang, duduk menyendiri di taman sekolah. Taman ini adalah taman kesukaannya, taman tempat ia mencurahkan segala keluhnya melalui rangkaian aksara yang membentuk sebuah puisi. Taman yang menjadi sa

Puisi Aku

Alasanku Memilihmu Karya Septa Mila Sari Ku suka sorot netramu ketika kau katakan rindu Suka senyummu ketika ucapkan perasaanmu Berdebar, Seperti akan kalah bertaruh main biliard Aku suka bagaimana kamu menenangkanku, Mendamaikan gemuruh hanya dengan mengelus kepalaku Ku suka suaramu ketika memanggil namaku Arghhh, aku sungguh mencintaimu! Alasanku memilihmu bukanlah sebuah kelakar Bak kembang edelwis yang mekar tanpa akar Aku memilihmu bukan karena ada apanya Melainkan sebab apa adanya Pedang, 30 September 2018