FAKTOR PENGHAMBAT DALAM BELAJAR DAN CARA MENGATASINYA
Latar Belakang
Belajar merupakan
suatu proses yang berkelanjutan dan terjadi secara terus-menerus. Belajar
sangat penting, namun dalam kenyataannya sering muncul permasalahan atau
hambatan dalam belajar. Hambatan tersebut dapat berasal dari dalam diri anak
maupun dari luar. Dengan adanya hambatan tersebut akan mempersulit anak untuk
mancapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, harus ada solusi untuk
mengatasi hambatan yang muncul dalam belajar pada anak.
Rumusan
Masalah
Dengan memperhatikan
latar belakang masalah yang ada, makalah ini mengulas permasalahan tersebut.
Pokok masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
1.
Apa saja yang merupakan faktor penghambat dalam
belajar pada anak?
2.
Bagaimana cara mengatasi hambatan belajar pada anak?
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Mendeskripsikan faktor penghambat dalam belajar pada
anak.
2.
Mendeskripsikan cara mengatasi hambatan belajar pada
anak.
PEMBAHASAN
Faktor
Penghambat Belajar
Secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak dibedakan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebutlah yang mempengaruhi hasil
belajar anak. Berikut akan diuraikan tentang kedua faktor penghambat belajar.
Faktor Internal
Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan biologis
serta faktor psikologis.
1.
Faktor fisiologis dan biologis
Masa peka merupakan
masa mulai berfungsinya factor fisiologis pada tubuh manusia. Faktor fisiologis
adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini
dibedakan menjadi 2, yaitu:
– Keadaan tonus
jasmani
Keadaan tonus jasmani
sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Kondisi fisik yang sehat dan bugar
akan memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar. Sedangkan kondisi
fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang
maksimal.
– Keadaan
fungsi jasmani atau fisiologis
Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologis pada anak sangat mempengaruhi hasil
belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar.
Anak yang memiliki
kecacatan fisik (panca indera atau fisik) tidak akan dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal. Meskipun juga ada anak yang memiliki kecacatan fisik
namun nilai akademiknya memuaskan. Kecacatan yang diderita anak akan
mempengaruhi psikologisnya, diantaranya:
– sulit bergaul
karena memiliki perasaan malu dan minder akan kekurangannya,
– ada perasaan
takut diejek teman,
– merasa tidak
sempurna dibandingkan dengan teman-teman lain.
Perasaan yang
menghantui anak dapat membuat prestasinya menurun. Namun ada juga anak yang
menjadikan kekurangannya sebagai motivasi untuk maju. Cacat fisik membuat anak
tidak dapat malakukan aktivitas belajar di sekolah dengan baik, sehingga perlu
disediakan sekolah yang bisa menampungnya sesuai dengan cacat yang disandang.
Misalnya bagi penyandang tuna netra bersekolah di SLBA, tuna rungu bersekolah
di SLBB, dan sebagainya.
Faktor psikologis
Faktor psikologis
adalah faktor yang berasal dari keadaan psikologis anak yang dapat mempengaruhi
proses belajar. Beberapa faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses
belajar anak adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
– Kecerdasan/ intelegensi siswa
Pada umumnya
kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi
juga organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitan dengan kecerdasan, tentunya otak
merupakan organ yang penting dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi otak
itu sebagai organ pengendali tertinggi dari seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan
faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar anak, karena
menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang
individu, semakin besar peluang individu untuk meraih sukses dalam belajar.
Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti orang tua,
guru,dan sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai
kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu
dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami
tingkat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan
IQ menjadi bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ
berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill
sebagai berikut (Fudyartanto 2002):
Tingkat
Kecerdasan (IQ)
|
Klasifikasi
|
140-169
|
amat
superior
|
120-139
|
superior
|
110-119
|
rata-rata
tingi
|
90-109
|
rata-rata
|
80-89
|
rata-rata
rendah
|
70-79
|
batas
lemah mental
|
20-69
|
lemah
mental
|
Pemahaman tentang
tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh orang tua dan guru atau pihak-pihak
yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga
dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana. Informasi
tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk
memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan
peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan
diberikan kepada siswa.
– Motivasi
Motivasi adalah salah
satu factor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi yang
mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
Motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan perilaku seseorang.
Keseluruhan daya
penggerak psikis dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai
motivasi belajar. Dari sumbernya motivasi dibedakan menjadi: motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua factor yang
berasal dari dalam individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N.
frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar
antara lain:
1.
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang
lebih luas
2.
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia
dan kegiatan untuk maju.
3.
Adanya keinginan untuk mancapai prestasi sehingga
mendapat dukungan dari orang-orang penting. Misalnya: orang tua, saudara, guru,
teman, dan sebagainya.
4.
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan
yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Motivasi ekstrinsik
adalah anak memulai dan meneruskan kegiatan belajar berdasarkan kebutuhan dan
dorongan yang tidak secara mutlak berkaian dengan kegiatan belajar itu sendiri.
Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
1.
Balajar demi memenuhi kewajiban.
2.
Menghindari hukuman.
3.
Memperoleh hadiah material yang telah dijanjikan oleh
orang tua.
4.
Meningkatkan gengsi dari orang lain.
5.
Memperoleh pujian dari orang lain.
6.
Tuntutan jabatan yang diinginkan.
Bentuk motivasi
belajar intrinsik dapat ditingkatkan menjadi motivasi berprestasi, yaitu daya
penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi
mungkin, demi penghargaan kepada diri sendiri. Jadi hasrat berprestasi tinggi
bukan menurut ukuran dan pandangan sendiri.
– Minat
Secara sederhana
minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang populer dalam
psikologi karena disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari
kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik
terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan dengan cara.
Membuat menarik
materi
Materi bisa dibuat
menarik melalui bentuk buku materi, desain pembelajaran, melibatkan seluruh
domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi
aktif, dan guru juga harus memperhatikan performansi saat mengajar.
Pemilihan jurusan
atau bidang sekolah
Pemilihan sebaiknya
diserahkan pada siswa, sesuai dengan minatnya.
–
Sikap
Dalam proses belajar
sikap dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala
internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Shay,2003).
Sikap siswa dalam
belajar dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru,
pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap
yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang
profesional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas
seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya,
berusaha mengembang kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan
tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya
dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang
dipelajarinya bermanfaat bagi siswa.
–
Bakat
Faktor psikologis
lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum bakat
didefisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaian dengan belajar,
Slavin(1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki
seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang
menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan
berhasil.
Pada dasarnya setiap
orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk melakuakan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan
lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
Misalnya siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari
bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Selain itu yang
menjadi faktor psikologis lainnya adalah disiplin. Disiplin diri adalah
kemampuan diri yang kuat untuk mempertahankan diri dari bermacam-macam gangguan
dalam belajar. Misal, seorang anak akan tetap belajar walaupun ada acara
televisi yang menarik.
Faktor
Eksternal
Selain faktor
internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor
eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan
sosial dan non-sosial (Syah, 2003):
Lingkungan sosial
Lingkungan sosial
anak dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Linkungan sosial dibagi
manjadi tiga, yaitu:
Lingkungan sosial
sekolah
Pendidikan di sekolah
bukan sekedar bertujuan untuk melatih siswa supaya “siap pakai” untuk kerja
atau mampu meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya atau mencapai angka
rapor, melainkan untuk membentuk peserta didik manjadi manusia sejati. Proses
pembentukan manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam keluarga,
kemudian dilanjutkan di sekolah, di masyarakat, di dunia kerja dan di
lingkungan sekitar.
Di sekolah, untuk
membentuk manusia sejati ada salah satu harapan dari pendidik yaitu Self
Regulated Learner (SRL). SLR adalah murid-murid yang memiliki kemampuan belajar
tinggi dan disiplin sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan
menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan terwujud jika lingkungan sekolah
seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas tidak mendukung.
Faktor-faktor yang dapat menghambat anak belajar di sekolah adalah:
·
Metode mengajar
Dalam mengajar guru
memerlukan metode yang cocok. Metode ini dimaksudkan agar materi yang
disampaikan oleh guru terasa menarik dan siswa mudah menyerapnya.
·
Kurikulum
Kurikulum yang
kurang tepat dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan
kesukaran belajar. Kurikulum sangat penting dan selalu ada dalam sebuah
instansi pendidikan. Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan
psikologi anak.
·
Penerapan disiplin
Disiplin dalam sebuah
sekolah sangat diperlukan untuk meengontrol kegiatan siswa di sekolah. Namun
kedisiplinan yang terlalu ketat akan membuat siswa merasa terkekang dan merasa
ruang geraknya dibatasi.
·
Hubungan siswa dengan guru maupun teman
Suasana sebuah kelas
didukung oleh peran guru dan anggota kelas. Jika suasana kelas tidak mendukung,
maka dapat menghambat proses belajar anak. Hubungan siswa dengan guru, siswa
dengan teman juga perlu dibangun sedemikian rupa sehingga tercipta suasana ynag
baik dan nyaman bagi siswa, sehingga mereka betah menjadi bagian dari kelas.
·
Tugas rumah yang terlalu banyak
Guru memberikan tugas
untuk siswa merupakan hal yang wajar. Tetapi siswa akan merasa jenuh dengan
tugas yang terlalu banyak. Bagi sebagian siswa tugas merupakan beban. Hal
seperti inilah yang akan menghambat proses belajar anak.
·
Sarana dan prasarana
Keberhasilan belajar
anak juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada. Sarana dan prasarana
yang memadai juga membantu tercapainya hasil belajar yang maksimal.
2. Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa juga mempengaruhi proses belajar anak.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman sebaya di
lingkungan yang tidak sekolah dapat menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran belajar
bagi siswa. Misalnya siswa tidak memiliki teman belajar dan diskusi maka akan
merasa kesulitan saat akan meminjam buku atau alat belajar yang lain.
3. Lingkungan
keluarga
Keluarga merupakan
tempat pertama kali anak belajar. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat
mempengaruhi proses belajar anak. Faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan
permasalahan belajar anak adalah:
·
Pola asuh orang tua
Setiap orang memiliki
pola atau cara yang berbeda dalam mendidik anak. Pola asuh yang selalu
mengekang anak akan membuat anak sulit dan bahkan tidak dapat mengembangkan
kemampuan dan bakat yang dimiliki.
·
Hubungan orang tua dan anak
Hubungan yang tidak
harmonis antara orang tua dan anak akan membuat anak tidak betah di rumah.
Dengan begitu anak tidak akan bisa melaksanakan aktivitas belajarnya dengan
baik.
·
Keadaan ekonomi keluarga
Meskipun tidak
mutlak, perekonomian keluarga dapat menjadi salah satu penghambat anak. Ada
kemungkinan anak menjadi minder dan malu bergaul dengan teman karena masalah
ekonomi keluarganya. Dengan perasaan minder anak akan mudah tersinggung, kecil
hati, dan sebagainya. Akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar
anak.
·
Keharmonisan keluarga
Keluarga yang tidak
harmonis akan memberi dampak negatif pada anak dalam belajar. Pertikaian atau
cek-cok ayah dan ibu akan membuat anak merasa terbebani sehingga anak menjadi
kurang semangat dalam belajar.
·
Kondisi rumah
Kondisi rumah yang
kurang memadai akan membuat anak kesukaran dalam belajar. Letak rumah juga
berpengaruh pada proses belajar anak. Rumah yang terlalu dekat dengan jalan
raya kurang efektif untuk belajar anak.
Teman
sebaya
Teman sebaya dapat
mempengaruhi proses belajar anak, baik teman sebaya dalam lingkup sekolah
maupun tempat tinggal atau masyarakat. Pada usia anak-anak dan remaja, jiwa
yang dimiliki masih labil, emosional, pemarah, dan juga rasa egois sangat
besar. Biasanya tejadi kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya
atau kawan bermain. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan atau bahkan
persaingan yang menimbulkan sikap saling mengejek, mendorong, memukul bahkan
kekerasan verbal.
Kekerasan sebagai
gangguan emosi pada dasarnya tidak hanya menyerang orang lain, tetapi juga
menyerang diri sendiri. Persoalan kekerasan dilihat dari lapangan psikologi
pendidikan mencoba mengarahkan pada lingkungan sekolahtempat anak belajar
berinteraksi dengan teman sebaya.
Interaksi sosial yang
tidak sehat antar teman sebaya di sekolah dipengaruhi faktor lingkungan dari
luar yang dibawa ke sekolah oleh peserta didik yang berujung pada tindakan
kekerasan. Belajar yang tidak menyenangkan juga membuat anak merasa tertekan
dan bertindak nakal. Sebenarnya kekerasan yang terjadi di kalangan siswa
dibentuk dari pengalaman-pengalaman lama.
Teman sebaya
yang seharusnya bisa untuk memperoleh informasi dan perbandingan tentang dunia
sosisal, prinsip keadilan malalui konflik yang terjadi dengan teman, bisa untuk
belajar tentang konsep gender juga dapat berpengaruh negatif bagi anak.
Misalnya kebiasaan-kebiasaan buruk yang dimiliki kawan sebayanya akan mudah
mempengaruhi diri anak. Kebiasaan buruk yang mudah ditiru biasanya dari ucapan
atau tindakan.
1.
Lingkungan non-sosisal
Faktor yang termasuk
lingkungan non-sosial adalah
Lingkungan alamiah
Yang dimaksud dengan
lingkungan alamiah adalah kondisi yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
sinar tidak terlalu silau, tidak terlalu gelap, dan tenang.
1.
Instrumental
Instrumental dapat
digolongkan dua macam:
Hardware
Yang termasuk
perangkat hard ware adalah gedung sekolah, alat, fasilitas, sarana prasarana
belajar, dan sebagainya.
Software
Yang termasuk
perangkat software dalam pendidikan adalah kurikulum sekolah, peraturan, buku
panduan, silabus, dan sebagainya.
Cara
Mengatasi Hambatan Belajar
Saat timbul hambatan
dalam belajar, hambatan tersebut harus segera diatasi. Dengan diatasi
hambatan tersebut maka proses belajar dapat berjalan dengan baik dan dapat
mencapai hasil belajarr yang maksimal. Cara mengatasi hambatan belajar dapat di
mulai dari diri anak, keluarga, dan sekolah.
Diri anak
1.
Menjaga kesehatan jasmani.
2.
Menumbuhkan rasa percaya diri.
3.
Membangun motivasi diri.
4.
Belajar berinteraksi dengan lingkungan.
5.
Belajar menjaga emosi.
6.
Menerima keadaan (ekonomi, jasmani,dll).
Keluarga
1.
Memberi teladan dalam sikap dan tingkah laku kepada anak.
2.
Menjaga keharmonisan keluarga.
3.
Menyediakan waktu untuk mendampingi anak dalam belajar
4.
Megusahakan kesehatan anak, misalnya dengan makanan bergizi.
5.
Melatih anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah (menyapu, mencuci piring, dll).
6.
Meminimalkan untuk membandingkan anak dengan anak yang lain.
7.
Mencukupi fasilitas dan saran prasarana belajar.
8.
Mambangun dan memberi motivasi anak.
Sekolah
1. Guru
mangendalikan diri (emosi) saat mengajar.
2. Guru
menjaga kedekatan dengan siswa maupun orangtua siswa.
3. Guru
bersikap adil pada semua siswa.
4. Guru
memberikan motivasi siswa, misalnya dengan pujian, dan sebagainya.
5. Guru
mamberikan teladan yang baik pada siswa.
6. Guru
mengajar dengan menggunakan metode yang menyenangkan.
7. Guru
melihat kelemahan masing-masing siswa, misalnya ada siswa yang cacat fisik
letak posisi duduk di depan.
8. Guru
mamberi tugas sesuai dengan kemampuan siswa.
9. Lingkungan
yang nyaman untuk belajar siswa.
10. Memberikan
kelonggaran tata tertib, namun tetap disiplin.
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kegiatan
belajar, sering timbul permasalan atau hambatan pada anak. Permasalahan belajar
dapat timbul dari dalam diri anak sendiri (internal) maupun dari luar
(eksternal). Hambatan internal meliputi fisiologis, biologis dan psikologis
anak, mulai dari kecerdasan, motivasi, minat, sampai bakat si anak. Sedangkan
hambatan eksternal meliputi linkungan social maupun lingkungan non-sosial.
Untuk mencapai hasil
belajar yang maksimal, hambatn belajar tersebut harus diatasi. Berbagai
hambatan yang timbul saat belajar dapat diatasi mulai dari diri anak sendiri,
keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
Saran
Tenaga pendidik, guru maupun orang tua harus mengerti kemampuan anak. Dalam
belajar anak harus didampingi dan dalam mendidik harus menyesuaikan dengan
keadaan anak. Dalam belajar anak memiliki kebebasan untuk memilih, namun juga
harus mengikuti aturan yang ada.
Untuk siswa yang mengalami hambatan belajar juga harus sadar dan memiliki
semangat untuk belajar, karena belajar merupakan bekal untuk masa depan. Siswa
harus menjaga kesehatan, hubungan dengan guru, teman, dan keluarga dengan baik
agar batin tidak terbebani sehingga dapat belajar dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Idris, H. Zahara. 1992. Pengantar Pendidikan 1. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Koes, Partowisastro. 1982. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan
Belajar Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Monks, F. J, dkk. 1994. Psikologi Perkembangan Pengantar
Dalam Berbagai Bagian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soejanto, Stefanus Sandjaja. 2005. Bimbingan di
Sekolah Dasar: Buku Pegangan Kuliah Mahasiswa. Semarang: Universitas katolik
Soegjapranata.
Sukaji, S. 1998. Keluarga dan Keberhasilan
Penelitian. Depok: Undat Fakultas Psikologi.
Suryabrata, S. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Yusuf, A. Muri. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Komentar
Posting Komentar