BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil
pekerjaan dan seni kreatif yang obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan
menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai seni kreatif yang menggunakan
manusia dan segala macam segi kehidupannya maka ia tidak saja merupakan suatu
media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga
merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berfikir manusia.
Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah
dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia
Karya sastra secara umum bisa
dibedakan menjadi tiga, yaitu puisi, prosa, dan drama. Beberapa ahli yang
merumuskan pengertian puisi menggunakan berbagai pendekatan. Slamet Mulyana
(1956) memberi batasan puisi dengan menggunakan pendekatan psikolinguistik,
karena puisi merupakan karya seni yang tidak saja berhubungan dengan masalah
bahasa tetapi juga berhubungan dengan masalah jiwa.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana hakikat
puisi ?
2) Bagaimana struktur
bentuk puisi ?
3) Apa batasan-batasan
puisi ?
4) Apa jenis-jenis
puisi ?
C. Tujuan Pembahasan
1)
Untuk mengetahui struktur fisik puisi sebagai metode puisi.
D. Manfaat Pembahasan
Adapun
manfaat dalam penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat menambah wawasan dapat
lebih memahami mengenai struktur fisik puisi sebagai metode puisi serta dapat menjadi referensi.
BAB II
PEMBAHASAN
Struktur Fisik Puisi Sebagai Metode Puisi
Struktur
kebahasaan (struktur fisik) puisi disebut pula metode puisi.Medium
pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair adalah bahasa. Oleh sebab
itu, pemahaman terhadap puisi juga didasarkan atas makna tipografi. Tipografi
puisi adalah tipografi konvensional, artinya tidak menyimpang dari tipografi
puisi pada umumnya. Sementara bahasa puisi tidak sama dengan bahasa prosa.
Dalam hal ini, sering terjadi penyimpangan bahasa. Struktur bahasa puisi juga
berhubungan dengan sintaksis.
A. Penyimpangan Bahasa
Penyimpangan bahasa dalam puisi sering terjadi, dan
hal tersebut menjadi ciri dari suatu angkatan atau periode sastra. Penyimpangan
bahasa itu disebabkan bahasa puisi khusunya dan bahasa sasra umumnya bersifat
tidak stabil.
1. Penyimpangan Leksikal
Kata-kata yang digunakan dalam puisi menyimpang dari
kata-kata yang dipergunakan dalam hidup sehari-hari. Penyair memilih kata-kata
yang sesuai dengan pengucapan jiwanya atau kata-kata itu disesuaikan dengan
tuntutan estetis. Misalnya yaitu mentari, pepintu, leluka, ngiau dan
sebagainya.
2. Penyimpangan Semantis
Makna dalam puisi tidak menunjuk pada satu makna,
namun menunjuk pada makna ganda. Maknda kata-kata tidak selalu sama dengan
makna dalam bahasa sehari-hari, juga tidak ada kesatuan makna konotatif dari
penyair satu dengan penyair lainnya. Misalnya, kata “sungai” bagi penyair yang
berasal dari daerah banjir akan dikonotasikan dengan bencana, sementara para
penangkap ikan dan penambang akan mengkonotasikan sebagi sumber kehidupan.
3. Penyimpangan Fonologis
Penyair sering melakukan penyimpangan bunyi untuk
kepentingan rima. Contohnya dalam puisi “Aku” karya Chairil Anwar terdapat kata
“perih” yang diganti dengan “peri”.
4. Penyimpangan Morfologis
Penyair sering melanggar kaidah morfologis secara
sengaja. Contoh pelanggaran morfologis yiatu istilah lelawa, mangkal,
ngangkang, gerayangi dan sebagainya.
5. Penyimpangan Sintaksis
Penyair
sering alpa menggunakan huruf besar untuk permulaan kalimatnya dan tanda titik
untuk mengakhiri kalimat itu. Sering pula sulit untuk kita mencari kesatuan
manakah yang dapat kita sebut satu kalimat dalam puisi. Baris-baris puisi tidak
harus membangun kalimat karena makna yang dikemukakan mungkin jauh lebih luas
dari satu kalimat tersebut.
6. Penyimpangan Dialek
Penyair
ingin mengungkapkan isi hatinya secara tuntas. Pengucapan isi hati dengan
Bahasa Indonesia dirasa belum mewakili
ketuntasan itu. Sebab itu, penyair
menggunakan kata-kata menyimpang dari Bahasa Indonesia yang bersih dari dialek.
Misalnya, Darmanto Jt. Menggunakan istilah aduh laelae, tobil, nyemar, madep,
manteb, dan sebagainya.
7. Penyimpangan
Register
Register
ialah ragam bahasa yang digunakan kelompok atau profesi tertentu dalam
masyarakat. Register juga disebut dialek profesi. Seringkali dialek profesi ini
tidak diketahui secara luas oleh pembaca, apalagi jika register di ambil dari
bahasa daerah. Misalnya, istilah procotan, sungkem, ekaristi dan sebagainya.
8. Penyimpangan
Historis
Penyimpangan
historis berupa penggunaan kata-kata kuno yang sudah tidak digunakan lagi dalam
kehidupan sehari-hari. Penggunaannya dimaksudkan untuk mempertinggi nilai
estetis. Misalnya, kata lebuh, bonda, dewangga, dan lain-lain.
9. Penyimpangan
Grafologis
Penyair
sengaja melakukan penyimpangan dari kaidah bahasa yang biasa berlaku dalam
penulisan kata, kalimat, lirik dan baris. Huruf kapital dan tanda baca tidak
digunakan semestinya, hal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh efek estetik.
B. Sintaksis Dalam Puisi
Pola
sintaksis dalam puisi juga mempunyai fungsi semantik seperti dalam bahasa
sehari-hari. Pola sintaksis puisi dapat runtut seperti dalam prosa, namun
sering kali penyair membuat pola yang aneh, dibuat lain daripada yang lain
untuk menunjukkan kreativitas dan identitasnya. Penyair dapat mengabaikan
kaidah sintaksis yang harus dipatuhi, namun dapat juga mengulang-ulang
pola-pola tertentu sehingga beraturan. Yang pertama disebut infrasturkturisasi
sedangkan yang kedua disebut suprastrukturisasi.
Karena
pembicaraan tentang sintaksis sulit dilaksanakan dengan saksama, maka kesatuan
sintaksis dapat dibicarakan juga dalam larik dan bait. Sebuah larik mewakili
kesatuan gagasan penyair dan jika dibangun bersama-sama larik-larik lain
membangun kesatuan gagasan yang lebih besar Bait-bait puisi pada hakikatnya
mirip sebuah paragraf prosa. Di dalam bait terdapat satu larik yang merupakan
kunci gagasan. Pada seluruh puisi itu terdapat satu atau beberapa bait yang
merupakan klimaks gagasan penyair. Bait yang merupakan klimaks itulah yang
dapat menjadi kunci tema dan amanat yang hendak sampaikan oleh penyair. Namun karena
kebebasan penyair, belum tentu gagasan pokoknya terdapat dalam suatu bait
tertentu.
C. Metode Puisi
Unsur-unsur
bentuk atau struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni
unsur estetik yang membangun sturktur luar dari puisi. Unsur-unsur itu dapat
ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh.
Unsur-unsur itu berupa diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif
(majas), verifikasi, dan tata wajah puisi.
1. Diksi (Pemilihan
Kata)
Dalam
pemilihan diksi, penyair harus mempertimbangkan urutan katanya,
mempertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, karena
kata-kata dalam puisi bersifat konotatif. Kata-kata yang dipilih ialah
kata-kata yang puitis artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dari
kata-kata yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengimajian
Diksi
yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi
lebih konkret. Baris atau bait puisi seolah mengandung gema suara (imaji
auditif), benda yang nampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat kita
rasakan, raba atau sentuh ( imaji taktil).
3. Kata Konkret
Untuk
menmbangkitkan imaji pembaca,maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah
bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Kata yang
diperkonkret ini erat hubungannya dengan penggunaan kiasan atau lambang.
Pembaca akan seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair jika diksi yang
digunakan konkret.
4. Bahasa Figuratif
(Majas)
Bahasa
figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis ( kaya makna). Bahasa figuratif
ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang
tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Penyebab bahasa
figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan
penyair, yaitu:
a) Bahasa figuratif
mampu menghasilkan kesenangan imajinatif.
b)
Bahasa figuratif ialah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi
sehingga yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca.
c)
Bahasa figuratif adalah cara untuk menambah intensitas perasaan penyair untuk
puisinya dan menyampaikan sikap penyair.
d)
Bahasa figuratif ialah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak
disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa
yang singkat.
Bahasa
figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan pelambangan
yang menimbulkan makna lambang. Pengiasan disebut juga simile karena
membandingkan atau menyamakan suatu hal dengan yang lain.
1) Kiasan (Gaya Bahasa)
Dalam
gaya bahasa, suatu hal yang dibandingkan dengan hal lainnya. Tujuan penggunaan
kiasan ialah untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efekti, dan lebih
sugestif dalam bahasa puisi.
a) Metafora
Metafora
ialah kiasan langsung , artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan. Jadi
ungkapan itu langsung berupa kiasan.
Komentar
Posting Komentar