Puisi prosais ? Puisi prosais merupakan sebuah puisi yang typographinya berbentuk prosa atau paragraf dengan tata cara penulisan antar larik dipisahkan dengan tanda titik. Berikut contoh puisi prosais
Dari Inchi Sumatera, Ku Genggam Erat Negeri Tercinta
Karya Septa Mila Sari
Pada saat itu, ketik ufuk mulai membelah buana. Para pejuang bambu runcing telah terjaga. Bukan karena ia tak lelah, melainkan ia terlalu cinta. Pada saat itu, penindas anggara terlalu benawat. Pemuda dan anak dara di bawah ketiak rekan sejawat. Negeriku terlindas hingga lamat. Negeriku sekarat !
Dari bibir Jembatan Ampera ini, izinkan aku merangkulmu menjadi saudara di bawah naungan Bhineka Tunggal Ika negeriku. Menjadikanmu pemuda rucira, pemuda kebanggaan bumi pertiwi. Di hulu Sungai Musi ini, izinkan aku melantunkan bait-bait puisi. Puisi satire untuk seluruh pemuda di seluruh penjuru negeri. Dari sudut Kota Pempek ini, ikhlaskan aku menjadi pemuda yang berani. Mengetuk pintu hati melalui syair puisi.
Aku hidup di negeri yang istimewa. Negeri yang terakit dari seribu pulau dan berhiaskan ancala-ancala yang bertengger dengan gagah. Aku ialah seorang jelata yang menghuni sebagian kecil surga dunia. Di negeriku, kau dapat saksikan barisan pohon kelapa yang melambaikan daunnya. Hanya di negeriku, kau dapat saksikan permadani hijau yang terbentang luas di desa. Kau dapat saksikan jutaan manusia yang menghuni 34 provinsi dengan damainya. Dan kau, dapat manjakan netramu saat Sang Bagaskara harus rela turun dari tahtanya ketika nabastala menjingga. Hanya di negeriku tercinta !
Tanah Air Beta ? Saksi matinya para pemuda ! Indonesia Raya ? Lirik lagu kebangsaan yang tersirat segala adorasi mereka. Merdeka ? Hasil akhir dari berkumpulnya tetesan darah para syuhada bangsa. Bagaskara ? Saksi aksa daksanya disiksa. Hutan rimba ? Saksi bisu hidup yang pilu di masa lalu. Ku harap kau tak lupa !
Jangan relakan serangkai bunga rampai kans para syuhada menjadi lara. Jangan ikhlaskan kata merdeka menjadi ayo kembali kerja ! Jangan izinkan Indonesia menjadi bagian bumi yang hanya tinggal sejarah. Jangan lupakan adorasi yang berhiaskan pertumpahan darah. Izinkan aku dan kau yang telah menjadi kita, menggenggam erat negeri tercinta. Dari inchi Sumatera, Indonesia Raya.
Pedang, 02 Agustus 2018
Dari Inchi Sumatera, Ku Genggam Erat Negeri Tercinta
Karya Septa Mila Sari
Pada saat itu, ketik ufuk mulai membelah buana. Para pejuang bambu runcing telah terjaga. Bukan karena ia tak lelah, melainkan ia terlalu cinta. Pada saat itu, penindas anggara terlalu benawat. Pemuda dan anak dara di bawah ketiak rekan sejawat. Negeriku terlindas hingga lamat. Negeriku sekarat !
Dari bibir Jembatan Ampera ini, izinkan aku merangkulmu menjadi saudara di bawah naungan Bhineka Tunggal Ika negeriku. Menjadikanmu pemuda rucira, pemuda kebanggaan bumi pertiwi. Di hulu Sungai Musi ini, izinkan aku melantunkan bait-bait puisi. Puisi satire untuk seluruh pemuda di seluruh penjuru negeri. Dari sudut Kota Pempek ini, ikhlaskan aku menjadi pemuda yang berani. Mengetuk pintu hati melalui syair puisi.
Aku hidup di negeri yang istimewa. Negeri yang terakit dari seribu pulau dan berhiaskan ancala-ancala yang bertengger dengan gagah. Aku ialah seorang jelata yang menghuni sebagian kecil surga dunia. Di negeriku, kau dapat saksikan barisan pohon kelapa yang melambaikan daunnya. Hanya di negeriku, kau dapat saksikan permadani hijau yang terbentang luas di desa. Kau dapat saksikan jutaan manusia yang menghuni 34 provinsi dengan damainya. Dan kau, dapat manjakan netramu saat Sang Bagaskara harus rela turun dari tahtanya ketika nabastala menjingga. Hanya di negeriku tercinta !
Tanah Air Beta ? Saksi matinya para pemuda ! Indonesia Raya ? Lirik lagu kebangsaan yang tersirat segala adorasi mereka. Merdeka ? Hasil akhir dari berkumpulnya tetesan darah para syuhada bangsa. Bagaskara ? Saksi aksa daksanya disiksa. Hutan rimba ? Saksi bisu hidup yang pilu di masa lalu. Ku harap kau tak lupa !
Jangan relakan serangkai bunga rampai kans para syuhada menjadi lara. Jangan ikhlaskan kata merdeka menjadi ayo kembali kerja ! Jangan izinkan Indonesia menjadi bagian bumi yang hanya tinggal sejarah. Jangan lupakan adorasi yang berhiaskan pertumpahan darah. Izinkan aku dan kau yang telah menjadi kita, menggenggam erat negeri tercinta. Dari inchi Sumatera, Indonesia Raya.
Pedang, 02 Agustus 2018
Komentar
Posting Komentar