Sajak Seorang Tunanetra
Karya Septa Mila Sari
Dari suara yang menyuarakan potret rumah-rumah roboh
Kami menangis dengan hati yang teriris
Dari suara anak-anak yang menjerit sebab terluka
Kami meraung-raung sebab berduka
Sayangku, bukan kalian tak layak hidup dunia
Hanya saja Tuhan sedang menguji dengan bencana
Bangkit duhai sayangku..
Bangkitlah! Kami masih di sampingmu
Lewat permohonan yang terselip dalam tujuh belas rakaat,
Kami mendoakan agar Palu tetap kuat
Lewat rangkaian fonem yang terlontarkan dengan khidmat
Kami bershalawat agar kalian tetap hebat
Bangkitlah sayangku, kami setia mendoakanmu dari bilik bambu
Kami tak mampu tuk menyambangi
Ataupun menatapmu dalam perih,
Sebab netra, tak lagi kami miliki
Pedang, 29 September 2018
Bio : Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
Karya Septa Mila Sari
Dari suara yang menyuarakan potret rumah-rumah roboh
Kami menangis dengan hati yang teriris
Dari suara anak-anak yang menjerit sebab terluka
Kami meraung-raung sebab berduka
Sayangku, bukan kalian tak layak hidup dunia
Hanya saja Tuhan sedang menguji dengan bencana
Bangkit duhai sayangku..
Bangkitlah! Kami masih di sampingmu
Lewat permohonan yang terselip dalam tujuh belas rakaat,
Kami mendoakan agar Palu tetap kuat
Lewat rangkaian fonem yang terlontarkan dengan khidmat
Kami bershalawat agar kalian tetap hebat
Bangkitlah sayangku, kami setia mendoakanmu dari bilik bambu
Kami tak mampu tuk menyambangi
Ataupun menatapmu dalam perih,
Sebab netra, tak lagi kami miliki
Pedang, 29 September 2018
Bio : Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
Komentar
Posting Komentar