Langsung ke konten utama

ESSAY MORAL DALAM NASKAH DRAMA TRADISIONAL 1 BABAK RURU DAN TAMESEN (Mitos Manusia Berkepala Anjing Desa Talang Ropok Kec. Selangit – Musi Rawas) KARYA RD KEDUM OLEH TINEZIA CENDANI

ANALISIS NILAI MORAL
DALAM NASKAH DRAMA TRADISIONAL 1 BABAK 
RURU DAN TAMESEN (Mitos Manusia Berkepala Anjing Desa Talang Ropok Kec. Selangit – Musi Rawas)
 KARYA RD KEDUM
OLEH TINEZIA CENDANI

Analisis adalah kajian yang dilakukan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Menurut Sayuti (2000:6) analisis adalah penguraian karya sastra atas bagian-bagian atau norma-normanya. Dalam analisis perlu penguraian pokok persoalan atau bagian-bagian, penelaahan bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan. Menurut Stanton (dalam Sayuti, 2000:6) analisis terhadap karya sastra harus dihubungkan dengan penilaian terhadapnya karena analisis yang tidak dihubungkan dengan penilaian karya sastra akan mengurangi kualitas analisis itu sendiri. Jadi, analisis dapat diartikan sebagai tindakan untuk melakukan, menemukan dan menafsirkan sebuah karya sastra yang berkaitan dengan nilai moral.
Nilai adalah sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kemanusiaan. Menurut Sanusi (2015:15) nilai bukan dipandang sebagai sumber kekuatan yang harus melekat pada semua tindakan, melainkan dipandang mendistorsi sampainya manusia pada pengetahuan yang benar. Sedangkan moral itu sendiri merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur prilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok social dan masyarakat (Asrori, 2015:321). Sedangkan menurut Syarbaini (2014:65) moral adalah ajaran yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Moral dalam perwujudannya dapat berupa aturan, prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji dan mulia. Sedangkan menurut Salam (2010:3) moral adalah system nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia.
Moral berasal dari kata Mores yang berarti dalam kehidupan adat-istiadat atau kabiasaan. Norma-norma moral adalah tolak ukur dari segi baik buruknya. Nilai moral bertolak pada sikap, kelakuan yang dapat dilihat melalui perbuatan. Perbuatan yang dapat terlihat terpuji dan baik secara lahiriah akan dinilai memiliki nilai moral yang baik. Moral menyangkut kebiasaan. Orang yang baik juga disebut sebagai orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnnya sebagai orang yang kurang bermoral. Maka secara sederhana moral merupakan kebaikan orang lain atau kebaikan yang manusiawi. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Moral juga berkaitan dengan hati nurani dan norma. Pendekatan moral bertolak dari asumsi dasar bahwa salah satu tujuan kehadiaran sastra ditengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir dan berketuhanan. Dengan pendekatan ini peneliti hendak melihat sejauh mana karya sastra itu memiliki moral. Moral dalam pengertian filsafat merupakan suatu konsep yang telah dirumuskan oleh sebuah masyarakat dalam menentukan kebaikan atau keburukan seseorang.
Pengertian moral dalam karya sastra itu sendiri tidak berbeda dengan pengertian moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik-buruk yang diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai petunjuk dalam sarana yang berfungsi praktis bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
Pembahasan umum tentang sastra intinya dapat dibedakan menjadi dua yaitu sastra sebagai hasil seni dan sastra sebagai hasil ilmu pengetahuan. Sastra sebaga hasil seni merupakan karya kreatif pengarang (sastrawan) yang hasilnnya berupa prosa, puisi dan drama. Sedangkan sastra sebagai ilmu pengetahuan berupa kajian-kajian sastra yang hasilnya berupa keritik sastra, apresiasi sastra, esai dan lain sebagainnya. (Maslikatin, 2007). Salah satu bentuk karyasatra yang membutuhkan penangan kompleks adalah drama. Drama adalah bentuk karya sastra yang nantinnya lebih ditekannkan pada aksi atau gerakan. Berbeda dengan karya sastra lainnya seperti puisi ataupun perosa yang dapat dinikmati dengan cara membaca naska drama.
Drama berasal dari bahasa Yunani “Draomai” yang berarti berbuat, berlaku, berreaksi, bertinfdak. Sehingga arti drama iyalah perbuatan atau tindakan. Pengertian lain tengtang drama, drama iyalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala yang terlihad dalam pentas atau panggung) yang menimbulkan perhatian, kehebatan, dan keteganggan pada pendengar atau penonton. Menurut Muolton, drama iyalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Pendapat lain menurut Brander Mathews, konflik dari sifat manusia merupakakan sumber pokok drama. Menurut Balthazar Veragen, drama iyalah kesenian yang melukiskan sipat dan sikap manusia dengan gerak. Sedangkan menurut Rendra iayalah seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dalam menggunakan laku jasmani atau badan atau tubuh dan ucapan kata-kata (dialog).
Di Indonesia drama dipandang sebagai penggambaran permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan disetiap drama harus mengandung pesan moral yang dapat dipetik oleh penonton atau pembaca setelah menyaksikan drama atau setelah mebaca naska drama. Dengan demikian tujuan drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Pokok drama adalah cerita yang membawakan tema tertentu, diungkapakan oleh dialog dan perbuatan para pelakunya.
Dari penjelasan diatas maka penulis mengambil kesimpulan yang diambil dari pendapat Nurgiantoro, 2009: 323 menjelaskan jenis-jenis moral yang terdapat pada karya sastra, sebagai berukut: (1) Nilai yang berhubungan dengan Tuhan yaitu (a) Pikiran dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agamanya. (b) pendekatan dan perbedaan hati mengenai baik buruknya kelakuan seseorang berdasarkan kepercayaan rohani yang diyakininya. (2) Nilai yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu (a) Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinnya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri dan orang lain. (b) Bertanggung jawab adalah sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. (c) Bergaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. (d) Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan serta  peraturan.  (e) Kerja keras adalah prilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. (f) Percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri untuk mencapai setiap keinginan dan harapannya. (g) Berjiawa wirausaha adalah sikap prilaku yang mandiri, pandai atau berbakat mengenai produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru serta mengatur pemodalan operasinya. (h) Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif adalah berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara baru dan termuktakhir dari apa yang telah dimiliki. (i) Mandiri adalah sikap prilaku yang tidak mudah bergantung kepada orang. (3) Nilai yang berhubungan dengan sesama yaitu (a) Sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain adalah sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri sendiri serta orang lain. (b) patuh pada aturan-aturan sosial adalah sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. (c) Menghargai karya dan prestasi orang lain adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. (d) Santun adalah sikap yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata prilakunya ke semua orang. (e) Demokratis adalah cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai dari hak, kewajiban dirinya serta orang lain. (4) Nilai yang berhubungan dengan lingkungan adalah sikap yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi jiga, selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Dalam analisis ini penulis berpedoman kepada pendapat Nurgiantoro. Hal ini dikarenakan penulis berpendapat bahwa pendapat Nurgiantoro lebih tepat untuk digunakan sebab memuat secara rinci contoh-contoh dari hubungan nilai moral itu sendiri. Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis menganalisis nilai moral dalam naskah drama tradisional 1 babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum.
Bentuk analisis nilai moral yang terdapat dalam naskah drama tradisional 1 babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum dapat dikategorikan sebagai sifat dan kelakuan manusia yang melekat dalam kehidupan  sehari-hari. Bentuk nilai moral yang ada dalam naskah drama tradisional 1 babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum yaitu nilai yang berhubungan dengan Tuhan, nilai yang berhubungan dengan diri sendiri, nilai yang berhubungan dengan sesama, dan nilai yang berhubungan dengan lingkungan. Berikut ini pejelasanya:
1. Nilai yang berhubungan dengan Tuhan
Menurut Nurgiantoro (2009:323) nilai yang berhubungan dengan Tuhan yaitu (a) Pikiran dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agamanya. (b) pendekatan dan perbedaan hati mengenai baik buruknya kelakuan seseorang berdasarkan kepercayaan rohani yang diyakininya. Dari penjelasan tersebut di dalam naskah drama tradisional 1 babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum terdapat nilai yang berhubungan dengan Tuhan, dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:
001. Nek Nang
Itu Ruru, cucu-cucuku. Ceritanya begini. Zaman dulu, hidup suami istri yang belum dikaruniai anak. Sang Suami berjanji jika istrinya mengandung, menjelang kelahirannya maka ia akan sedekah dengan  tujuh ruas mata rusa. (hal.3)

Dari kutipan tersebut adanya nilai yang berhubungan dengan Tuhan yang terdapat dalam kata “Sedekah”. Sedekah disini merupakan suatu ada-istiadat yang ada desa tersebut dan termaksud kepercayaan yang dimiliki setiap individu masyarakat di desa tersebut. Mengapa dikatakan memiliki nilai yang berhubungan dengan Tuhan karena dalam dialog tersebut menjelaskan bahwa pikiran dan kelakuan suaminya tersebut didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agama yang dianutnya. Sang suami berjanji kepada istrinya jika istrinya mengandung maka suaminya akan sedekah dengan tujuh ruas mata rusa.
002. Nek Nang
Nah, ketika Temesen besar, ia bertanya pada ibunya perihal siapa ayahnya. Akhirnya diceritakanlah jika ayahnya pergi berburu dan belum pulang. Singkat cerita Temesen  mencari ayahnya didampingi anjing berburunya. Akhirnya bertemulah Temesen dengan lelaki yang ia yakini ayahnya. (hal.3)

Dalam kutipan yang kedua ini, terdapat nilai yang berhubungan dengan Tuhan yang dijelaskan dalam penggalan dialog “Untuk membuktikannya dengan memenggal kepala”. Dari penggalan dialog tersebut adanya pikiran seseorang berdasarkan kepercayaan rohani yang dimiliki seseorang tersebut. Dimana mereka sepakat untuk membuktikan apakah benar lelaki yang ditemui Tamesen dihutan adalah ayahnya dan sebaliknya apakah benar anak yang ditemui Ruru adalah anaknya, sehingga dibuktikan dengan cara memenggal kepala mereka masing-masing. Memenggal kepala disini sebagai salah satu bentuk pikiran dan tindakan  seseorang berdasarkan kepercayaan atau pengetahuan agama yang dimiliki seseorang, Ruru dan Tamesen memiliki kepercayaan bahwa dengan memenggal kepala maka sebuah kejujuran orang tersebut dapat dibuktikan.
003. Nek Nang
Nah..akhirnya Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembhakan pada umaknya, sekaligus mengabarkan pada umaknya kalau Baknya tidak mau pulang karena malu dan khawatir penduduk talang takut. Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing. (hal.4)

Pada kutipan diatas dapat dilihat adanya nilai yang berhubungan dengan Tuhan dapat dilihat dari kata “meyakini” dimana kata meyakini ini merupakan kepercayaan yang dimiliki setiap individu dari apa yang telah diketahui atau dipelajarinnya. Pikiran dan kelakuan yang ada di dalam kutipan tersebut menunjukakkan bahwa masyarakat mempercayai akan adanya sebuah mitos yang ada di desa tersebut. Mitos yang menceritakan bahwa jangan tidur di alam terbuka dam membuat pondok bertiang tiga kalau tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing.

2. Nilai yang berhubungan dengan diri sendiri
Menurut Nurgiantoro (2009:323) nilai yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu (a) Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinnya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri dan orang lain. (b) Bertanggung jawab adalah sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. (c) Bergaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. (d) Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan serta  peraturan.  (e) Kerja keras adalah prilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. (f) Percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri untuk mencapai setiap keinginan dan harapannya. (g) Berjiawa wirausaha adalah sikap prilaku yang mandiri, pandai atau berbakat mengenai produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru serta mengatur pemodalan operasinya. (h) Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif adalah berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara baru dan termuktakhir dari apa yang telah dimiliki. (i) Mandiri adalah sikap prilaku yang tidak mudah bergantung kepada orang. Dari penjelasan tersebut di dalam naskah drama tradisional 1 babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum terdapat nilai yang berhubungan dengan diri sendiri, dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:
004. Sadar
Lah iye tu lanang beso tinggi, namek nak cemas iya. Takut ngan ape? Ngan binatang? Biar kunyembeleh a. (hal.1)

Dari kutipan tersebut dapat dilihat adanya nilai yang berhubungan dengan diri sendiri dimana dalam kutipan tersebut terdapat pada penggalan dialog “Biar kunyembeleh a” disini menjelaskan bahwa adanya sikap percaya diri Sadar atas kemampuan yang dimilinya, karena dirinya seorang lelaki yang gagah sehingga Sadar yakin akan kemampuannya, serta Sadar tidak memiliki rasatakut terhadap hewan yang ada di hutan.
005. Sadar
Haaa..wang bepalak anjing? Yang beno Ulin, jan ngah nakuti wang (mendekatkan diri ke tubuh Mulas). (hal.2)

Pada kutipan tersebut adanya nilai yang berhubungan dengan diri sendiri dari penggalan dialog “Yang beno Ulin” dimana si Sadar tidak percaya dengan perkataan Unli karena Sadar berfikir secara logis bahwa tidak ada manusia berkepala anjing seperti yang diceritakan Ulin.
006. Kopek Ila
Cacam!  Yang beno be Ulin. Nilek kutakut ngambek kayu yam utantu. (hal.2)

Dalam kutipan tersebut terdapat nilai yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu sikap berfikir logis dimana si Kopek Ila tidak percaya apa yang dikatakan Ulin bahwa ada manusia berkepala anjing yang ada di hutan.
007. Nek Nang
Tidak, sampai anaknya lahir, tujuh ruas bambu itu belum penuh. Sebelum ia berangkat berburu ia berpesan dengan istrinya. Jika ia belum pulang, artinya tujuh ruas bambu mata kijang belum ia dapatkan. Lalu katanya, jika ia belum pulang sementara anaknya telah lahir, maka berilah nama Temesen. (hal.3)

Pada kutipan ini adanya nilai yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu sikap dan perilaku bertanggung jawab dimana pada penggalan “Jika ia belum pulang, artinya tujuh ruas bambu mata kijang belum ia dapatkan.” Ruru memiliki sikap dan perilaku yang bertanggung jawab karena dari kalimat tersebut menjelaskan bahwa Ruru bertanggung jawab akan janjinya kepada istrinya bahwa ia akan sedekah dengan tujuh ruas mata rusa sehingga Ruru harus menepati janjjinya tersebut kepada istrinya.
008. Nek Nang
Nah, ketika Temesen besar, ia bertanya pada ibunya perihal siapa ayahnya. Akhirnya diceritakanlah jika ayahnya pergi berburu dan belum pulang. Singkat cerita Temesen  mencari ayahnya didampingi anjing berburunya. Akhirnya bertemulah Temesen dengan lelaki yang ia yakini ayahnya. (hal.3)

Dapat dijelaskan bahwa adanya nilai yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu sikap mandiri dan bertanggung jawab dari Tamesen dapat dijelaskan bahwa tamesen memiliki sikap bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak untuk mencari tahu keberadaan ayahnya serta sikap mandiri yang ditunjukan Tamesen untuk mencari keberadaan ayahnnya dengan seorang diri, dapat dilihat dari “Temesen  mencari ayahnya didampingi anjing berburunya.”

3. Nilai yang berhubungan dengan sesama 
Menurut Nurgiantoro (2009:323) nilai yang berhubungan dengan sesama yaitu (a) Sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain adalah sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri sendiri serta orang lain. (b) patuh pada aturan-aturan sosial adalah sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. (c) Menghargai karya dan prestasi orang lain adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. (d) Santun adalah sikap yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata prilakunya ke semua orang. (e) Demokratis adalah cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai dari hak, kewajiban dirinya serta orang lain. Dari penjelasan tersebut di dalam naskah drama tradisional 1 babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum terdapat nilai yang berhubungan dengan sesama, dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:
009. Mulas
Lah Sadar, diamlah. Kamu tidak lihat wajah Ulin yang cemas itu. Berikan kesempatan untuknya mengatur nafas agar tenang. Baru kita dengarkan ceritanya. (hal.1)

Pada kutipan diatas terdapat nilai yang berhubungan dengan sesama dimana dapat dilihat dari kutipan “Berikan kesempatan untuknya mengatur nafas agar tenang. Baru kita dengarkan ceritanya.” Didalam kutipan tersebut menjelaskan bawa Mulus memiliki sikap yang santun, sikap santun Mulas menjelaskan bahwa Mulas memiliki sikap yang baik kepada temannya Ulin. Mulas memberi tahu Sadar untuk diam sejelak agar Ulin bisa mengatur napas, barulah mereka mendengarkan cerita Ulin.
010. Nek Nang
Sudah..sudah…jangan ribut. Mulas benar, kita tunggu Ulin tenang sejenak. Kita dengarkan apa yang menyebabkan ia cemas seperti ini. (hal.1)

Dalam kutipan itu Nek Nang memiliki nilai yang berhubungan dengan sesame yaitu sikap santun. Sikap santun yang halus dan baik hati, dimiliki Nek Nang dapat dilihat dari sipaknya dan perilakunya yang memberi teguran kepada cucunya untuk tidak ribut dan agar bersabar untuk mendengarkan carita Ulin.
011. Nek Nang
Nah, ketika Temesen besar, ia bertanya pada ibunya perihal siapa ayahnya. Akhirnya diceritakanlah jika ayahnya pergi berburu dan belum pulang. Singkat cerita Temesen  mencari ayahnya didampingi anjing berburunya. Akhirnya bertemulah Temesen dengan lelaki yang ia yakini ayahnya. (hal.3)

Pada kutipan diatas terdapat nilai yang berhubungan dengan sesama yang dapat dilihat dari kutipan ”Temesen besar, ia bertanya pada ibunya perihal siapa ayahnya.” dan “Temesen  mencari ayahnya” disana dijelaskan bahwa Tamesen memiliki sikap sadar akan hak dan kewajibannya sebagai seorang anak. Tamesen berhak untuk mengetahui siapa ayahnya dan daimana ayahnya berada serta kewajibannya sebagai seorang anak untuk mencari ayahnya.
012. Nek Nang
Nah..akhirnya Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembhakan pada umaknya, sekaligus mengabarkan pada umaknya kalau Baknya tidak mau pulang karena malu dan khawatir penduduk talang takut. Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing. (hal.4)

Kutipan diatas menunjukan bahwa adanya nilai yang berhubungan dengan sesame  yaitu patuh pada aturan-aturan social dimana merupakan sikap yang menurut dan taat terhadap aturan-aturan yang berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum, yang dapat dilihat dari kutipan  “Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing.” Menjelaskan bahwa penduduk Talang Ropok patuh atas aturan yang telah diberitahukan kepada masyarakat desa.

4. Nilai yang berhubungan dengan lingkungan
Menurut Nurgiantoro (2009:323) nilai yang berhubungan dengan lingkungan adalah sikap yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi jiga, selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Dari penjelasan tersebut di dalam naskah drama tradisional 1 babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum terdapat nilai yang berhubungan dengan lingkungan, dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:
013. Nek Nang
Nah..akhirnya Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembhakan pada umaknya, sekaligus mengabarkan pada umaknya kalau Baknya tidak mau pulang karena malu dan khawatir penduduk talang takut. Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing. (hal.4)

Dari kutipan tersebut menunjukkan adanya nilai yang berhubungan dengan lingkungan yang ditunjukan pada kutipan “, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing.” Dari kutipan tersebut adanya sikap berupayah untuk mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitar, sehingga tidak ada orang yang berani untuk merusak lingkungan dan tidak ada yang membuat kotor alam sekitar dari aktifitas-aktifitas  setiap orang.

Simpulan
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis nilai moral dalam naskah drama tradisional 1 babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum terdapat empat nilai moral yaitu (1) Nilai yang berhubungan dengan tuhan yaitu nilai yang berkaitan dengan pikiran dan tindakan yang berdasarkan nilai ketuhanan dan baik buruk kelakuan seduai dengan ajaran agamaserta baik butuk  kelakuan berdasarkan kepercayaan yang dimiliki setiap individuitu sendiri. (2) Nilai yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu nilai bertanggung jawab, percaya diri, berfikir logis dan mandiri. (3) Nilai yang berhubungan dengan sesame yang menyangkut tentang kesadaran akan hak dan kewajibannya terhadap diri sendiri maupun orang lain, patuh pada aturan-aturan social dan bersikap santun. (4) Nilai yang behubungan dengan lingkungan adalah suatu sikap yang dijadikan sebagai upaya untuk mencegah kerusakan pada lingngkungan alam sekitar.

Daftar Pustaka
Asrono. 2015. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Media Akademi.
Maslihati, Titik. 2007. Pengantar Ilmu Sastra Buku Ajar. Jember: Fakultas Sastra Universitas Jember.
Nurgiantoro, Burhan. 2009. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Salam, Burhanuddin. 2010. Etika Sosial Azas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Sanusi, Achmad. 2015. Sistem Nilai.Bandung: Penerbit Nuasa Cendekia.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
Syarbaini, Syarial. 2014. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia Indonesia.




















Tabel Kerja Analisis Nilai Moral Dalam Naskah Darama Tradisonal 1 Babak Ruru dan Tamesen Oleh RD Kedum

Tabel 1.1 Kerja Analisis Nilai Moral Dalam Naskah Darama Tradisonal 1 Babak Ruru dan Tamesen Oleh RD Kedum
No.. Judul Naskah Kode, Kutipan dan Halaman Nilai Yang Berhubungan Dengan Tuhan Nilai Yang Berhubungan Dengan Diri Sendiri Nilai Yang Berhubungan Dengan Sesama Nilai Yang Berhubungan Dengan Lingkungan Analisis Keterangan




Tabel 1.2 Analisis Nilai Yang Berhubungan Dengan Tuhan
No.. Judul Naskah Kode, Kutipan dan Halaman Analisis Nilai Yang Berhubungan Dengan Tuhan Keterangan
1. Ruru dan Tamesen 014. Nek Nang
Itu Ruru, cucu-cucuku. Ceritanya begini. Zaman dulu, hidup suami istri yang belum dikaruniai anak. Sang Suami berjanji jika istrinya mengandung, menjelang kelahirannya maka ia akan sedekah dengan  tujuh ruas mata rusa. (hal.3)
Dari kutipan tersebut adanya nilai yang berhubungan dengan Tuhan yang terdapat dalam kata “Sedekah”. Sedekah disini merupakan suatu ada-istiadat yang ada desa tersebut dan termaksud kepercayaan yang dimiliki setiap individu masyarakat di desa tersebut. Mengapa dikatakan memiliki nilai yang berhubungan dengan Tuhan karena dalam dialog tersebut menjelaskan bahwa pikiran dan kelakuan suaminya tersebut didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agama yang dianutnya. Sang suami berjanji kepada istrinya jika istrinya mengandung maka suaminya akan sedekah dengan tujuh ruas mata rusa.

015. Nek Nang
Nah, ketika Temesen besar, ia bertanya pada ibunya perihal siapa ayahnya. Akhirnya diceritakanlah jika ayahnya pergi berburu dan belum pulang. Singkat cerita Temesen  mencari ayahnya didampingi anjing berburunya. Akhirnya bertemulah Temesen dengan lelaki yang ia yakini ayahnya. (hal.3)
Dalam kutipan yang kedua ini, terdapat nilai yang berhubungan dengan Tuhan yang dijelaskan dalam penggalan dialog “Untuk membuktikannya dengan memenggal kepala”. Dari penggalan dialog tersebut adanya pikiran seseorang berdasarkan kepercayaan rohani yang dimiliki seseorang tersebut. Dimana mereka sepakat untuk membuktikan apakah benar lelaki yang ditemui Tamesen dihutan adalah ayahnya dan sebaliknya apakah benar anak yang ditemui Ruru adalah anaknya, sehingga dibuktikan dengan cara memenggal kepala mereka masing-masing. Memenggal kepala disini sebagai salah satu bentuk pikiran dan tindakan  seseorang berdasarkan kepercayaan atau pengetahuan agama yang dimiliki seseorang, Ruru dan Tamesen memiliki kepercayaan bahwa dengan memenggal kepala maka sebuah kejujuran orang tersebut dapat dibuktikan.

016. Nek Nang
Nah..akhirnya Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembhakan pada umaknya, sekaligus mengabarkan pada umaknya kalau Baknya tidak mau pulang karena malu dan khawatir penduduk talang takut. Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing. (hal.4)
Pada kutipan diatas dapat dilihat adanya nilai yang berhubungan dengan Tuhan dapat dilihat dari kata “meyakini” dimana kata meyakini ini merupakan kepercayaan yang dimiliki setiap individu dari apa yang telah diketahui atau dipelajarinnya. Pikiran dan kelakuan yang ada di dalam kutipan tersebut menunjukakkan bahwa masyarakat mempercayai akan adanya sebuah mitos yang ada di desa tersebut. Mitos yang menceritakan bahwa jangan tidur di alam terbuka dam membuat pondok bertiang tiga kalau tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing.





Tabel 1.3 Analisis Nilai Yang Berhubungan Dengan Diri Sendiri
No.. Judul Naskah Kode, Kutipan dan Halaman Analisis Nilai Yang Berhubungan Dengan Diri Sendiri Keterangan
1. Ruru dan Tamesen 017. Sadar
Lah iye tu lanang beso tinggi, namek nak cemas iya. Takut ngan ape? Ngan binatang? Biar kunyembeleh a. (hal.1)
Dari kutipan tersebut dapat dilihat adanya nilai yang berhubungan dengan diri sendiri dimana dalam kutipan tersebut terdapat pada penggalan dialog “Biar kunyembeleh a” disini menjelaskan bahwa adanya sikap percaya diri Sadar atas kemampuan yang dimilinya, karena dirinya seorang lelaki yang gagah sehingga Sadar yakin akan kemampuannya, serta Sadar tidak memiliki rasatakut terhadap hewan yang ada di hutan.

018. Sadar
Haaa..wang bepalak anjing? Yang beno Ulin, jan ngah nakuti wang (mendekatkan diri ke tubuh Mulas). (hal.2) Pada kutipan tersebut adanya nilai yang berhubungan dengan diri sendiri dari penggalan dialog “Yang beno Ulin” dimana si Sadar tidak percaya dengan perkataan Unli karena Sadar berfikir secara logis bahwa tidak ada manusia berkepala anjing seperti yang diceritakan Ulin.

019. Kopek Ila
Cacam!  Yang beno be Ulin. Nilek kutakut ngambek kayu yam utantu. (hal.2)

Dalam kutipan tersebut terdapat nilai yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu sikap berfikir logis dimana si Kopek Ila tidak percaya apa yang dikatakan Ulin bahwa ada manusia berkepala anjing yang ada di hutan.

020. Nek Nang
Tidak, sampai anaknya lahir, tujuh ruas bambu itu belum penuh. Sebelum ia berangkat berburu ia berpesan dengan istrinya. Jika ia belum pulang, artinya tujuh ruas bambu mata kijang belum ia dapatkan. Lalu katanya, jika ia belum pulang sementara anaknya telah lahir, maka berilah nama Temesen. (hal.3)
Pada kutipan ini adanya nilai yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu sikap dan perilaku bertanggung jawab dimana pada penggalan “Jika ia belum pulang, artinya tujuh ruas bambu mata kijang belum ia dapatkan.” Ruru memiliki sikap dan perilaku yang bertanggung jawab karena dari kalimat tersebut menjelaskan bahwa Ruru bertanggung jawab akan janjinya kepada istrinya bahwa ia akan sedekah dengan tujuh ruas mata rusa sehingga Ruru harus menepati janjjinya tersebut kepada istrinya.
021. Nek Nang
Nah, ketika Temesen besar, ia bertanya pada ibunya perihal siapa ayahnya. Akhirnya diceritakanlah jika ayahnya pergi berburu dan belum pulang. Singkat cerita Temesen  mencari ayahnya didampingi anjing berburunya. Akhirnya bertemulah Temesen dengan lelaki yang ia yakini ayahnya. (hal.3) Dapat dijelaskan bahwa adanya nilai yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu sikap mandiri dan bertanggung jawab dari Tamesen dapat dijelaskan bahwa tamesen memiliki sikap bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak untuk mencari tahu keberadaan ayahnya serta sikap mandiri yang ditunjukan Tamesen untuk mencari keberadaan ayahnnya dengan seorang diri, dapat dilihat dari “Temesen  mencari ayahnya didampingi anjing berburunya.”
Pada kutipan 008 sama dengan kutipan 011 namun analisisnya berbeda. Pada kutipan 008 menganalisis tentang nilai yang berhubungan dengan diri sendiri sedangkan kutipan 011 analisis nilai yang berhubungan dengan sesama.

Tabel 1.4 Analisis Nilai Yang Berhubungan Dengan Sesama
No.. Judul Naskah Kode, Kutipan dan Halaman Analisis Nilai Yang Berhubungan Dengan Sesama Keterangan
1. Ruru dan Tamesen 022. Mulas
Lah Sadar, diamlah. Kamu tidak lihat wajah Ulin yang cemas itu. Berikan kesempatan untuknya mengatur nafas agar tenang. Baru kita dengarkan ceritanya. (hal.1)


  Pada kutipan diatas terdapat nilai yang berhubungan dengan sesama dimana dapat dilihat dari kutipan “Berikan kesempatan untuknya mengatur nafas agar tenang. Baru kita dengarkan ceritanya.” Didalam kutipan tersebut menjelaskan bawa Mulus memiliki sikap yang santun, sikap santun Mulas menjelaskan bahwa Mulas memiliki sikap yang baik kepada temannya Ulin. Mulas memberi tahu Sadar untuk diam sejelak agar Ulin bisa mengatur napas, barulah mereka mendengarkan cerita Ulin.

023. Nek Nang
Sudah..sudah…jangan ribut. Mulas benar, kita tunggu Ulin tenang sejenak. Kita dengarkan apa yang menyebabkan ia cemas seperti ini. (hal.1)
Dalam kutipan itu Nek Nang memiliki nilai yang berhubungan dengan sesame yaitu sikap santun. Sikap santun yang halus dan baik hati, dimiliki Nek Nang dapat dilihat dari sipaknya dan perilakunya yang memberi teguran kepada cucunya untuk tidak ribut dan agar bersabar untuk mendengarkan carita Ulin.

024. Nek Nang
Nah, ketika Temesen besar, ia bertanya pada ibunya perihal siapa ayahnya. Akhirnya diceritakanlah jika ayahnya pergi berburu dan belum pulang. Singkat cerita Temesen  mencari ayahnya didampingi anjing berburunya. Akhirnya bertemulah Temesen dengan lelaki yang ia yakini ayahnya. (hal.3)


Pada kutipan diatas terdapat nilai yang berhubungan dengan sesama yang dapat dilihat dari kutipan ”Temesen besar, ia bertanya pada ibunya perihal siapa ayahnya.” dan “Temesen  mencari ayahnya” disana dijelaskan bahwa Tamesen memiliki sikap sadar akan hak dan kewajibannya sebagai seorang anak. Tamesen berhak untuk mengetahui siapa ayahnya dan daimana ayahnya berada serta kewajibannya sebagai seorang anak untuk mencari ayahnya.



Pada kutipan 0011 sama dengan kutipan 008. namun analisisnya berbeda. Pada kutipan 008 menganalisis tentang nilai yang berhubungan dengan diri sendiri sedangkan kutipan 011 analisis nilai yang berhubungan dengan sesama.
025. Nek Nang
Nah..akhirnya Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembhakan pada umaknya, sekaligus mengabarkan pada umaknya kalau Baknya tidak mau pulang karena malu dan khawatir penduduk talang takut. Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing.

Kutipan diatas menunjukan bahwa adanya nilai yang berhubungan dengan sesame  yaitu patuh pada aturan-aturan social dimana merupakan sikap yang menurut dan taat terhadap aturan-aturan yang berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum, yang dapat dilihat dari kutipan  “Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing.” Menjelaskan bahwa penduduk Talang Ropok patuh atas aturan yang telah diberitahukan kepada masyarakat desa.
Pada kutipan 012 sama dengan kutipan 013 namun analisisnya berbeda. Pada kutipan 012 menganalisis tentang nilai yang berhubungan dengan sesama sedangkan kutipan 013 analisis nilai yang berhubungan dengan lingkungan.

Tabel 1.5 Analisis Nilai Yang Berhubungan Dengan Lingkungan
No.. Judul Naskah Kode, Kutipan dan Halaman Analisis Nilai Yang Berhubungan Dengan Lingkungan Keterangan
1. Ruru dan Tamesen 026. Nek Nang
Nah..akhirnya Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembhakan pada umaknya, sekaligus mengabarkan pada umaknya kalau Baknya tidak mau pulang karena malu dan khawatir penduduk talang takut. Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing. (hal.4)
Dari kutipan tersebut menunjukkan adanya nilai yang berhubungan dengan lingkungan yang ditunjukan pada kutipan “, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing.” Dari kutipan tersebut adanya sikap berupayah untuk mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitar, sehingga tidak ada orang yang berani untuk merusak lingkungan dan tidak ada yang membuat kotor alam sekitar dari aktifitas-aktifitas  setiap orang.
Pada kutipan 012 sama dengan kutipan 013 namun analisisnya berbeda. Pada kutipan 012 menganalisis tentang nilai yang berhubungan dengan sesama sedangkan kutipan 013 analisis nilai yang berhubungan dengan lingkungan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah ke-pgri-an hubungan pgri secara vertikal dan horizontal

BAB I PENDAHULUAN B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas sebagai berikut. 1. Bagaimana kerjasama PGRI secara vertikal ? 2. Bagaimana kerjasama PGRI secara horizontal ? 3. Bagaimana hubungan PGRI dengan pemerintah pusat ? 4. Bagaimana hubungan luar negeri dengan Educational International (EI) ? C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama PGRI secara vertikal . 2. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama PGRI secara horizontal. 3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan PGRI dengan pemerintah pusat. 4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan luar negeri dengan Educational International (EI) D. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup makalah ini hanya membahas mengenai kerjasama PGRI secara vertikal, kerjasama PGRI secara horizontal, hubungan PGRI dengan pemerintah pusat serta membahas mengenai hubungan luar negeri dengan EI (Educational International). E. Man

Makalah Perkembangan Peserta Didik Tugas Perkembangan Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Karir, Kehidupan Berkeleuarga dan Penyesuaian Diri Remaja

KATA PENGANTAR         Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur atas Kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah perkembangan peserta didik tentang “Tugas Perkembangan Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Karier,Kehidupan Berkeluarga dan Penyesuaian Diri Remaja”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.           Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih ada   kekurangan   baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasa. Oleh karena itu, saran dan kritik dari teman-teman dan dosen sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki makalah kami kedepannya. Kami harap makalah perkembangan perserta didik tentang “Tugas Perkembangan Kehidupan

Makalah Teori Sastra Hakikat Puisi, Struktur Bentuk Puisi,Batasan Puisi, dan Jenis-Jenis Puisi

KATA PENGANTAR         Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur atas Kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah teori sastra tentang “Hakikat Puisi, Struktur Bentuk Puisi, Batasan-Batasan Puisi, Jenis-Jenis Puisi”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.           Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih ada   kekurangan   baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasa. Oleh karena itu, saran dan kritik dari teman-teman dan dosen sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki makalah kami kedepannya. Diharap makalah teori sastra tentang “Hakikat Puisi, Struktur Bentuk Puisi, Batasan-Batasan Puisi, dan Jenis-Jenis Puisi” dapa