Langsung ke konten utama

Essay Nilai Moral Dalam Naskah Drama Tradisional 1 Babak Ruru dan Tamesen Karya RD Kedum Oleh Lisa Hati

Analisis Nilai Moral
Dalam Naskah Drama Tradisional  1 Babak Ruru dan Tamesen Oleh RD Kedum

Pendekatan merupakan suatu usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan denga objek yang diteliti atau metode-metode untuk mencapai pengertian masalah penelitian. Pendekatan analiasis drama adalah suatu strategi untuk memahami dan menjelaskan temuan tentang fiksi yang diselidiki. Analisis drama dinyatakan sebagai kegiatan ilmiah karena didalamnnya berlaku prinsip-prinsip kerja ilmiah yang mendasarinnya. Analisis drama bertujuan untuk menemukan keadaan unsur-unsur drama dan karakterisitik hubungan antar unsur tersebut sehingga ditemkan suatu kesimpulan sebagai hasil penilaian hasil drama tersebut.
Drama berasal dari bahasa Yunani “Draomai” yang berarti berbuat, berlaku, berreaksi, bertinfdak. Sehingga arti drama iyalah perbuatan atau tindakan. Pengertian lain tengtang drama, drama iyalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala yang terlihad dalam pentas atau panggung) yang menimbulkan perhatian, kehebatan, dan keteganggan pada pendengar atau penonton. Menurut Muolton, drama iyalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Pendapat lain menurut Brander Mathews, konflik dari sifat manusia merupakakan sumber pokok drama. Menurut Balthazar Veragen, drama iyalah kesenian yang melukiskan sipat dan sikap manusia dengan gerak. Sedangkan menurut Rendra iayalah seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dalam menggunakan laku jasmani atau badan atau tubuh dan ucapan kata-kata (dialog).
            Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan, kata mos jika akan  dijadikan kata keterangan atau kata nama sifat lalu mendapat perubahan pada  belakangnnya, sehingga kebiasaan jadi moris, dan moral adalah kata nama sifat dari kebiasaan itu, yang semula berbunyi moralis. Moral menurut Alwi (2007:2631) bahwa moral merupakan ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan mengenai akhlak, budi pekerti, kewajiban, dan sebagainya. Sedangkan Moral menurut Nurgiyantoro (2007:320) adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar dasar yang sedalam dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.
Nilai moral dapat diperoleh di dalam nilai moralitas. Moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan hukum atau norma batiniah, yakni dipandang sebagai kewajiban. Dengan demikian aspek moral adalah segala aspek yang menyangkut baik buruknya suatu perbuatan. Dalam hal ini mengenai sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.
Pengertian moral dalam Karya Sastra itu sendiri tidak berbeda dengan pengertian moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik-buruk yang diterima secra umum dan berpangkat pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai petunjuk dan saran yang bersifat praktis bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari dalam hal ini. Kenny (dalam Nurgiyantoro 2009:131) menyatakan bahwa moral cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil atau ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan dengan pembaca. Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan tingkah laku dan sopan santun pergaulan. Karya sastra mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral.  Hal itu didasarkan pada pesan moral yang disampaikan melalui cerita flksi tentulah berbeda efeknya dibandingkan yang lewat tulisan nonflksi (Nurgiyantoro, 2009:321).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu konsep kehidupan berupa saran atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita, ditujukan kepada pembaca. Berdasarkan pemahaman tema tertentu, moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat atau pesan.
Sebagaimana diungkapkan di atas, maka hal-hal dalam sastra akan senantiasa berurusan dengan masalah manusia dengan Tuhan, dalam hubungan dengan diri sendiri, dan dalam hubungan dengan manusia lain atau alam.
1) Hubungan manusia dengan diri sendiri
 Persoalan manusia dengan dirinya sendiri dapat bermacam-macam jenisnya dan tingkat intensitasnya. Persoalan tersebut dapat berhubungan dengan persoalaneksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, takut, rindu, dendam, kesepian, kebimbangan, dan persoalan-persoalan lain yang lebih berhubungan dengan diri individu itu sendiri.
 2) Hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, Dalam kehidupan ini, manusia pun sering berhubungan dengan manusia lain.
Dalam berhubungan manusia dengan manusia lain di masyarakat seringkali terjadi gesekan kepentingan. Persoalan hidup sesama manusia dengan lingkungannya bisa berupa persoalan yang positif maupun persoalan yang negatif. Gesekan kepentingan (hak dan kewajiban) yang timbul antara seseorang individu dengan individu lain maupun dengan lingkungan biasanya akan menimbulkan permasalahan moral. Persoalan ini biasanya berhubungan dengan persoalan persahabatan: misalnya kesetiaan dan penghianatan; permasalahan keluarga: misalnya hubungan suami dengan istri, anak dengan orang tua, dan pennasalahan-permasalahan lain yang berkaitan dengan interaksi manusia dalam kehidupannya.
3) Hubungan manusia dengan Tuhan
Persoalan lain yang sering dialami manusia dalam kehidupan adalah persoalan antara dirinya dengan Tuhannya. Permasalahan itu berhubungan dengan aspek ketuhanan, misalnya permasalahn berkaitan dengan ketaatan dalam menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Perbuatan apapun dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari Tuhan sebagai pencipta alam dan isinya termasuk semua mahluk. Hubungan manusia dengan Tuhan dilakukan dengan berdoa ataupun wujud lain yang menunjukkan adanya. hubungan vertikal dengan Yang Maha Kuasa tersebut guna meminta petunjuk, pertolongan maupun sebagai wujud syukur.
Hasil Analisis
Nilai moral dalam karya sastra tersebut pada prinsipnya meliputi nilai moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan lingkungan social dan hubungan manusia dengan Tuhan.
      a. Hubungan manusia dengan diri sendiri
Sadar “ Lah, Nomong ape ngah kak Ulin awak lanag cak betine. Penakut iya”.
Dari kutipan tersebut terdapt hubungan manusia dengan diri sendiri. Karena dalam kutipan Sadar ini Mengambarkan sifat seorang  yang meremekan orang lain, sedangkan  dia sendiri belum tahu apa cerita yang di alami sesorang tersebut yang mengalaminya secara langsung.
Sadar “Lah iye tu lanang beso tinggi”
Pada kutipan tersebut terdapat hubungan manusia dengan diri sendiri karena dalam kutipan tersebut mengambarkan orang yang merendakan sesorang dari segi fisiknya. Dapat kita lihat dari makna kutipannya yang  memiliki tubuh yang tinggi tetapi memiliki rasa cemas dan takut, dia dengan mudah meremehkan orang lain sedangkan dia sendiri belum tentu bisa melakukannya.

Mulas “(Setengah  Mendorong) apa-apaan si, nempel-nempel. Tadi gayamu gagah sekali”
Pada kutipan tersebut juga termasuk ke dalam hubungan manusia dengan diri sendiri karena  dalam kutipan Mulas ini,  menggambarkan bahwa jangan mudah meremekan dan merendahkan orang lain jika kita juga mempunyai sikap yang penakut.
Sadar “aku bukan takut! Tapi ngeriiii”
Dalam kutipan tersebut terdapat hubungan manusia dengan diri sendiri. Karena dalam kutipan Sadar tersebut mengingatkan  kita harus percaya diri, dan jangan   meremerkan orang lain kareba , belum tentu diri kita berani.
Kopek Ila “Cacam! Yang beno be Ulin. Nilek kutakut ngambek kayu yam utantu.”
Terdapat hubungan manusia dengan diri sendiri. Karena dalam kutipan  Kopek Ila tersebut, mempunyai makna bahwa dalam menyampaikan informasi harus jelas dan benar. Jika  belum tahu kebenarannya maka informasi itu perlu di cerna agat tidak ada dampak kepada orang yang mendapat informasi yang di sampaikan seperti takut, cemas, bimbang, dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
    b. Hubungan manusia dengan lingkungan social
Mulas
Lah Sadar, diamlah. Kamu tidak lihat wajah Ulin yang cemas itu. Berikan kesempatan untuknya mengatur nafas agar tenang. Baru kita dengarkan ceritanya.
Dari kutipan tersebut adanya hubungan manusia dengan lingkungan social karena  dapat dilihat dari sikap peduli Mulas terhadap  Ulin. Dan sikap pedulinya  tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan pertemanan yang ditunjukan pada kalimat “Berikan kesempatan untuknya mengatur nafas agar tenang. Baru kita dengarkan ceritanya.” Sikap Mulas yang memberikan penjelasan kepada Sadar bahwa kita harus tenang untuk mendengarkan Ulin bercerita karena pada saat itu Ulin masih merasa ketakutan. Sikap tersebut merupakan hubungan manusia dengan lingkuan social yang benrnilai positif arena adanya rasa peduli terhadap sesama teman.
Sadar
Lah iye tu lanang beso tinggi, namek nak cemas iya. Takut ngan ape? Ngan binatang? Biar kunyembeleh a.

Dari kutipan tersebut adannya hubungan manusia dengan lingkuan sosial yang positif dan negatif karena dalam dialog tersebut mempunya dua nilai moral yaitu sikap yang baik dan sikap yang buruk kepada sesama teman. Dan pada kalimat yang pertama “Lah iye tu lanang beso tinggi, namek nak cemas iya.” Disana Sadar memiliki sikap mengejek Ulin yang merupakan sikap yang buruk didalam nilai moral. Pada kalimat yang kedua pada kutipan “Takut ngan ape? Ngan binatang? Biar kunyembeleh a.  “ disini menggambarkan bahwa  Ulin memiliki sikap yang sombong terhadap temannya sendiri.
Nek Nang
Sudah..sudah…jangan ribut. Mulas benar, kita tunggu Ulin tenang sejenak. Kita dengarkan apa yang menyebabkan ia cemas seperti ini.
Dari kutipan tersebut terdapat hubungan manusia dengan lingkungan sosial yang dapat dilihat melalui hubungan kakak dan cucunya dimana kakek memiliki sikap peduli kepada cucunya yang sedang ketakutan ketika pulang dari hutan. Dapat ditunjukkan dari kalimat tersebut.
Nek Nang
Nah..akhirnya Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembhakan pada umaknya, sekaligus mengabarkan pada umaknya kalau Baknya tidak mau pulang karena malu dan khawatir penduduk talang takut. Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing.
Pada kutipan tersebut dapat dilihat dari kalimat “Baknya tidak mau pulang karena malu dan khawatir penduduk talang takut.” Dapat dijelaskan bahwa adanya hubungan manusia dengan lingkungan sosial yang berkaitan dengan masyarakat. Dari kalimat tersebut terlihat adanya hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, dimana adanya sikap kepedulian antara individu yang satu dengan individu lainnya. Dari sikap tersebut sehingga adanya hubungan manusia dengan lingkunkungan sosial yang positif, apabila Bapak Tamesen tersebut memiliki sikap egois maka tidak terdapat hubungan manusia dengan lingkungan sosial yang positif. Mengapa demikian, karena jika sikap keegoisan itu ada maka kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar atau masyarakat tidak akan ada karena apa bila Bapak tamesen pulang dengan keadaan manusia berkepala anjing maka masyarakat akan takut sehingga hubungan dengan lingkungan social bersifat negatif.
Sedangkan pada kalimat “Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembahkan pada umaknya” dari kalimat tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan manusia dengan lingkungan socialyang ditunjukkan dari hubungan antara anak dan orang tua dimana Tamesen mempersembahkan tujuh mata rusa kepada umaknnya.
            c. Hubungan manusia dengan Tuhan
   Di dalam Naskah Drama Tradisional 1 Babak Ruru dan Tamesen ini  terdapat  unsur  religius yang termasuk  pada asfek akidah . Yang terdapat Pada kutipan "itu ruru, cucu-cucuku. Ceritanya begini. Zaman dulu, hidup suami istri yang belum dikaruniai anak. Sang suami berjanji jika istrinya mengandung, menjelang kelahirannya maka ia akan sedekah dengan tujuh ruas mata rusa".
Dimana pada kutipan tersebut yaitu ia mempunyai makna bahwa seorang tersebut memiliki  kepercayaan bahwa jika suatu saat istri nya mengandung , menjelang kelahirannya maka ia akan melakukan sedekah.
  Pada kutipan Nek Nang kedua yaitu pada kutipan " Nah, untuk membuktikan apakah lelaki yang ditemui Tamesen ayahnya, sebaliknya apakah Tamesen benar anaknya, mereka sepakat untuk membuktikannya dengan memancung kepala. Jika bisa dikembalikan seperti semula maka benar adanya mereka anak dan ayah".
Dalam kutipan ini juga mempunyai kepercayaan dan keyakinan bahwa ia meyakini jika bisa dikembalikan seperti semula maka benar adanya mereka anak dan ayah. Dan pada kutipan ketiga yaitu "sejak itu penduduk talak ropok menyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalau tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing".
Pada kutipan Nek Nang yang ketiga ini juga mempunyai kepercayaan dan keyakinan karena pada kutipan ini juga mereka meyakini bahwa sejak kehadian itu mereka percaya jika tidak ingin bertemu dengan ruru manusia yang berkepala anjing itu maka jangan tidur di alam terbuka dan jangan membuat pondok bertiang tiga di suatu hutan.
















      Kesimpulan
Dari naska drama tradisional satu babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum memiliki tiga aspek yang akan di analisis yaitu hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan lingkungan social dan hubungan manusia dengan tuhan. Dapat dijleaskan bahwa hubungan manusia dengan diri sendiri dalam naska drama tradisional satu babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum adalah berkaitan dengan sikap tingkah laku dari dialong di dalam naskah darama terdisonal 1 babak Rurru Dan Tamesan oleh RD Kedum ada terdapat beberapa sikap meremekan Sadar dan ada rasa takut yang dimiliki Ulin berlebihan, cerita tersebut memang ada yang di ceritakan oleh Nek Nang.
Di dalam hubungan manusi dengan lingkungan social terdapat gesekan kepentingan (hak dan kewajiban) yang timbul antara individu dan individu lainnya baik dari hubungan manusia dengan manusia lain atau masyarakat, hubungan anak dengan orang tua, hubungan kakek dengan cucung dan hubungan sesame teman biasanya akan menimbulakan permasalahan moral dalam kehidupannya. Sedangkan didalam hubungan manusia denga tuhan dalam naska drama tradisional satu babak Ruru dan Tamesen oleh RD Kedum ini  tidak  mengandung asfek ketuhanan tetapi mengandung nilai religius yaitu nilai akidah atau keyakinan yang merupakan landasan pokok bagi orang yang beragama.








DAFTAR PUSTAKA
Nurgiantoro, Burhan. 2012. Penelitian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE.
Saputra Hendri Adi. 2017. Analisis Nilai Moral Novel Satu Rahim Satu Cinta Karya Salamun Ali Mafaz. STKIP-PGRI Lubuklinggau. Lubuklinggau.




















Tabel Kerja Analisis Nilai Moral Dalam Naskah Darama Tradisonal 1 Babak Ruru dan Tamesen Oleh RD Kedum

Tabel 1.1 Analisis Nilai Moral Dalam Naskah Darama Tradisonal 1 Babak Ruru dan Tamesen Oleh RD Kedum
No. Judul Naskah Kode dan Kutipan Hubungan Manusia Dengan Diri Sendiri Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Sosial Hubungan Manusia Dengan Tuhan Ket.
1. Ruru dan Tamesan




Tabel. 1.2 Analisis Hubungan Manusia Dengan Diri Sendiri.

No. Judul Naskah Kode dan kutipan Analisis Hubungan manusia dengan diri sendiri Ket.
1. Ruru dan Tamesan 001. Sadar “ Lah, Nomong ape ngah padahal dia belum tahu apa cerita yang di alami sesorang yang mengalaminya secara langsung.
kak Ulin awak lanag cak betine. Penakut iya” Dari kutipan tersebut terdapat hubungan manusia dengan diri sendiri. Karena dalam kutipan Sadar ini Mengambarkan sifat seorang  yang meremekan orang lain, sedangkan  dia sendiri belum tahu apa cerita yang di alami sesorang tersebut yang mengalaminya secara langsung.
2. 002 Sadar “Lah iye tu lanang beso tinggi” Pada kutipan tersebut terdapat hubungan manusia dengan diri sendiri karena dalam kutipan tersebut mengambarkan orang yang merendakan sesorang dari segi fisiknya. Dapat kita lihat dari makna kutipannya yang  memiliki tubuh yang tinggi tetapi memiliki rasa cemas dan takut, dia dengan mudah meremehkan orang lain sedangkan dia sendiri belum tentu bisa melakukannya.





3. 003. Mulas “(Setengah  Mendorong) apa-apaan si, nempel-nempel. Tadi gayamu gagah sekali” Pada kutipan tersebut juga termasuk ke dalam hubungan manusia dengan diri sendiri karena  dalam kutipan Mulas ini,  menggambarkan bahwa jangan mudah meremekan dan merendahkan orang lain jika kita juga mempunyai sikap yang penakut.



4. 004. Sadar “aku bukan takut! Tapi ngeriiii” Dalam kutipan tersebut terdapat hubungan manusia dengan diri sendiri. Karena dalam kutipan Sadar tersebut mengingatkan  kita harus percaya diri, dan jangan   meremerkan orang lain kareba , belum tentu diri kita berani.

ng lain, belum tentu diri kita berani.
5. 005. Kopek Ila “Cacam! Yang beno be Ulin. Nilek kutakut ngambek kayu yam utantu.” Terdapat hubungan manusia dengan diri sendiri. Karena dalam kutipan  Kopek Ila tersebut, mempunyai makna bahwa dalam menyampaikan informasi harus jelas dan benar. Jika  belum tahu kebenarannya maka informasi itu perlu di cerna agat tidak ada dampak kepada orang yang mendapat informasi yang di sampaikan seperti takut, cemas, bimbang, dalam melakukan aktivitas sehari-hari.


Tabel. 1.3 Analisis Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Sosial
No. Judul Naskah Kode dan kutipan Analisis Hubungan manusia dengan lingkungan sosial Ket.
1. Ruru dan Tamesan 006. Mulas
Lah Sadar, diamlah. Kamu tidak lihat wajah Ulin yang cemas itu. Berikan kesempatan untuknya mengatur nafas agar tenang. Baru kita dengarkan ceritanya. (hal. 1)
Dari kutipan tersebut adanya hubungan manusia dengan lingkungan social karena  dapat dilihat dari sikap peduli Mulas terhadap  Ulin. Dan sikap pedulinya  tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan pertemanan yang ditunjukan pada kalimat “Berikan kesempatan untuknya mengatur nafas agar tenang. Baru kita dengarkan ceritanya.” Sikap Mulas yang memberikan penjelasan kepada Sadar bahwa kita harus tenang untuk mendengarkan Ulin bercerita karena pada saat itu Ulin masih merasa ketakutan. Sikap tersebut merupakan hubungan manusia dengan lingkuan social yang benrnilai positif arena adanya rasa peduli terhadap sesama teman.

2. 007. Sadar
Lah iye tu lanang beso tinggi, namek nak cemas iya. Takut ngan ape? Ngan binatang? Biar kunyembeleh a. (hal. 1) Dari kutipan tersebut adannya hubungan manusia dengan lingkuan sosial yang positif dan negatif karena dalam dialog tersebut mempunya dua nilai moral yaitu sikap yang baik dan sikap yang buruk kepada sesame teman. Pada kalimat yang pertama “Lah iye tu lanang beso tinggi, namek nak cemas iya.” Disana Sadar memiliki sikap mengejek Ulin yang merupan sikap yang buruk didalam nilai moral. Pada kalimat yang berikutnya “Takut ngan ape? Ngan binatang? Biar kunyembeleh a.  “ Ulin memiliki sikap yang sombong.
Pada kutipan 002  Hal. 1 dan kutipan 007 hal.1 terdapat kutipan yang sama namun memiliki analisis berbeda yaitu: kutipan 002 hal.1 menganalisis tentang hubungan manusia dengan diri sendiri sedangkan kutipan 007 hal.1 menganalisis tentang hubungan manusia dengan lingkuan masyarakat
3. 008. Nek Nang
Sudah..sudah…jangan ribut. Mulas benar, kita tunggu Ulin tenang sejenak. Kita dengarkan apa yang menyebabkan ia cemas seperti ini. (hal. 1)
Dari kutipan tersebut terdapat hubungan manusia dengan lingkungan sosial yang dapat dilihat melalui hubungan kakak dan cucunya dimana kakek memiliki sikap peduli kepada cucunya yang sejang ketakutan ketika pulang dari hutan. Dapat ditunjukkan dari kalimat tersebut.


4. 009. Nek Nang
Nah..akhirnya Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembhakan pada umaknya, sekaligus mengabarkan pada umaknya kalau Baknya tidak mau pulang karena malu dan khawatir penduduk talang takut. Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing. (hal. 4)
Pada kutipan tersebut dapat dilihat dari kalimat “Baknya tidak mau pulang karena malu dan khawatir penduduk talang takut.” Dapat dijelaskan bahwa adanya hubungan manusia dengan lingkungan sosial yang berkaitan dengan masyarakat. Dari kalimat tersebut terlihat adanya hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, dimana adanya sikap kepedulian antara individi yang satu dengan individu lainnya. Dari sikap tersebut sehingga adanya hubungan manusia dengan lingkunkungan sosial yang positif, apabila Bapak Tamesen tersebut memiliki sikap egois maka tidak terdapat hibungan manusia dengan lingkungan sosial yang positif. Mengapa demikian, karena jika sikap keegoisa itu ada maka kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar atau masyarakat tidak akan ada karena apa bila Bapak tamesen pulang dengan keadaan manusia berkepala anjing maka masyarakat akan takut sehingga hubungan dengan lingkungan social bersifat negatif.
Sedangkan pada kalimat “Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembhakan pada umaknya” dari kalimat tersebut menunjukkan adanya hubungan manusia dengan lingkungan socialyang ditunjukkan dari hubungan antara anak dan orang tua dimana Tamesen mempersembahkan tujuh mata rusa kepada umaknnya. Pada kutipan 009 hal. 4 terdapat kemiripan kutipan didalam menganalisis keterangan hubungan manusia dengan tuhan

Tabel. 1.4 Analisis Hubungan Manusia Dengan Tuhan.
No. Judul Naskah Kode dan Kutipan Analisis Hubungan Manusia dengan Tuhan Keterangan
1. Ruru dan Tamesan 001.  "itu ruru, cucu-cucuku. Ceritanya begini. Zaman dulu, hidup suami istri yang belum dikaruniai anak. Sang suami berjanji jika istrinya mengandung, menjelang kelahirannya maka ia akan sedekah dengan tujuh ruas mata rusa".
Dimana pada kutipan tersebut yaitu ia mempunyai makna bahwa seorang tersebut memiliki  kepercayaan bahwa jika suatu saat istri nya mengandung , menjelang kelahirannya maka ia akan melakukan sedekah.

keyakinan karena pada kutipan ini juga mereka meyakini bahwa sejak kehadian itu mereka percaya jika tidak ingin bertemu dengan ruru manusia yang berkepala anjing itu maka jangan tidur di alam terbuka dan jangan membuat pondok bertiang tiga di suatu hutan.
2 002. "sejak itu penduduk talak ropok menyakini, jangan tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalau tidak mau bertemu dengan Ruru yaitu manusia berkepala anjing" Pada kutipan Nek Nang yang ketiga ini juga mempunyai kepercayaan dan keyakinan karena pada kutipan ini juga mereka meyakini bahwa sejak kehadian itu mereka percaya jika tidak ingin bertemu dengan ruru manusia yang berkepala anjing itu maka jangan tidur di alam terbuka dan jangan membuat pondok bertiang tiga di suatu hutan.



















Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah ke-pgri-an hubungan pgri secara vertikal dan horizontal

BAB I PENDAHULUAN B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas sebagai berikut. 1. Bagaimana kerjasama PGRI secara vertikal ? 2. Bagaimana kerjasama PGRI secara horizontal ? 3. Bagaimana hubungan PGRI dengan pemerintah pusat ? 4. Bagaimana hubungan luar negeri dengan Educational International (EI) ? C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama PGRI secara vertikal . 2. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama PGRI secara horizontal. 3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan PGRI dengan pemerintah pusat. 4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan luar negeri dengan Educational International (EI) D. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup makalah ini hanya membahas mengenai kerjasama PGRI secara vertikal, kerjasama PGRI secara horizontal, hubungan PGRI dengan pemerintah pusat serta membahas mengenai hubungan luar negeri dengan EI (Educational International). E. Man

Makalah Perkembangan Peserta Didik Tugas Perkembangan Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Karir, Kehidupan Berkeleuarga dan Penyesuaian Diri Remaja

KATA PENGANTAR         Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur atas Kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah perkembangan peserta didik tentang “Tugas Perkembangan Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Karier,Kehidupan Berkeluarga dan Penyesuaian Diri Remaja”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.           Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih ada   kekurangan   baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasa. Oleh karena itu, saran dan kritik dari teman-teman dan dosen sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki makalah kami kedepannya. Kami harap makalah perkembangan perserta didik tentang “Tugas Perkembangan Kehidupan

Makalah Teori Sastra Hakikat Puisi, Struktur Bentuk Puisi,Batasan Puisi, dan Jenis-Jenis Puisi

KATA PENGANTAR         Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur atas Kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah teori sastra tentang “Hakikat Puisi, Struktur Bentuk Puisi, Batasan-Batasan Puisi, Jenis-Jenis Puisi”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.           Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih ada   kekurangan   baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasa. Oleh karena itu, saran dan kritik dari teman-teman dan dosen sangat kami harapkan untuk dapat memperbaiki makalah kami kedepannya. Diharap makalah teori sastra tentang “Hakikat Puisi, Struktur Bentuk Puisi, Batasan-Batasan Puisi, dan Jenis-Jenis Puisi” dapa